Global Shrimp Forum 2024 memasuki hari terakhirnya kemarin, Kamis (6/9). Meski hari penutupan berjalan lebih singkat, tetapi informasi yang mengemuka dalam berbagai sesi tidak kalah penting dengan dua hari sebelumnya.
Menjadi besar atau gulung tikar
Pada sesi Finance and Investment Summit, topik utamanya adalah merger dan akuisisi (M&A) di industri udang. Beberapa studi kasus disajikan mulai dari sektor pakan, pengolahan dan distribusi, produksi, hingga genetika. Dari diskusi tersebut, tiga hal utama terungkap: pengelolaan sumber daya manusia menjadi tantangan besar, volatilitas pasar bisa menciptakan peluang, dan konsolidasi serta teknifikasi adalah hal yang tak terelakkan.
Michael Gammelgaard dari BioMar menekankan pentingnya industri udang mencari dan menemukan pola pengembangannya sendiri. “Udang harus menjalani perjalanannya sendiri,” ujarnya, mengisyaratkan bahwa meskipun ada pengalaman dari sektor lain, tidak semuanya bisa diterapkan secara langsung.
Tantangan lingkungan: “No Planet, No Party”
Pada sesi Climate Summit, mengemuka bahwa udang dan jenis seafood lainya merupakan sumber protein yang dihasilkan dengan potensi dampak lingkungan yang minim. Namun demikian, proses produksi yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan tetap diperlukan. Beberapa pembicara menyoroti pentingnya transparansi, kolaborasi, dan investasi, terutama dalam meningkatkan data yang lebih andal. Blake Stok dari Conservation International memberikan peringatan keras, “No planet, No Party!” menekankan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.
Antidumping, CVD, dan FSMA
Bersamaan dengan Finance and Investment Summit dan Climate Summit, sesi Trade Regulation & Due Diligence memberikan wawasan penting tentang perkembangan terbaru perdagangan udang, terutama terkait perubahan regulasi di AS dan Uni Eropa, termasuk tarif antidumping, CVD, dan FSMA (Food Safety Modernization Act) 204. Para ahli membagikan informasi terbaru mengenai isu tersebut, sementara para stakeholder industri berdiskusi tentang strategi menghadapi pembatasan perdagangan dan tuntutan kepatuhan yang baru.
Menurut keterangan tertulis panitia GSF 2024, “Kami juga membahas kepatuhan tenaga kerja dan uji tuntas hak asasi manusia, mengingat semakin tingginya tekanan untuk transparansi dan perlakuan adil dalam rantai pasok seafood global. Ini adalah kesempatan besar untuk belajar dan bekerja sama dengan rekan-rekan industri.”
Melihat masa depan industri udang
Jan Lambregts secara tegas menyatakan bahwa pemilu presiden AS mendatang bisa menjadi salah satu peristiwa paling berdampak bagi industri ini. Sebelumnya, Mark Eastham dan pembicara lainnya menegaskan pentingnya kerja sama untuk keberlanjutan. Selain itu, Johan Brouwer memberikan pandangan optimis bahwa beberapa retail memiliki “tujuan pribadi” untuk menawarkan produk yang lebih berkelanjutan.
Optimisme pasar Tiongkok
Sesi ini diakhiri dengan pembahasan yang lengkap tentang Tiongkok. Fang Qing menjelaskan bagaimana kompleksnya pasar Tiongkok, termasuk bagaimana jenis akhir produk udang yang berbeda memiliki jenis konsumen yang berbeda juga. Menurutnya, pasar udang di Tiongkok tidak akan pernah turun selama populasi penduduknya tidak berkurang. Salah satu peluang utama pemasarannya ada di sektor ritel, food service, dan e-commerce. Remai Network Technology misalnya, menunjukkan pendekatan modern menggunakan platform seperti Douyin dan Kuaishou untuk menjangkau konsumen di daerah terpencil, sementara Optimize Integration Group menjelaskan perbedaan antara saluran distribusi tradisional dan modern. Pola konsumsi di Tiongkok juga dibahas lebih dalam dalam panel diskusi terakhir.