Laporan terbaru dari Rabobank mencatat bahwa produksi udang global pada tahun 2023 diprediksi akan mencapai 6 juta ton. Empat juta ton diantaranya berasal dari para produsen di kawasan Asia. Sementara sisanya berasal dari produsen-produsen di benua Amerika, terutama Ekuador.
Laporan berjudul “What To Expect in the Aquaculture Industry in 2023” tersebut menyebut bahwa meskipun di tahun 2022 produksi udang menghadapi tantangan biaya produksi dan kondisi pasar, namun produksi diproyeksikan akan tetap naik. Secara global, produksi udang dunia di tahun 2022 tumbuh sekitar 4,2 persen dari tahun sebelumnya.
Di Asia sendiri, produksi 2023 diprediksi akan tumbuh sebesar 4 persen. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan kembali produksi oleh Tiongkok dan India, juga sedikit peningkatan dari Vietnam.
Sementara dari benua Amerika, peningkatan produksi secara signifikan didorong oleh Ekuador. Pada 2022, produksi udang Ekuador sangat mungkin mencapai lebih dari 1,35 juta ton. Ada peningkatan signifikan sebesar 300 ribu ton dari tahun sebelumnya. Peningkatan yang menurut Analis Rabobank, Gorjan Nikolik dan Novel Sharma, hampir mendekati produksi keseluruhan udang Thailand pada 2022.
Baca juga: VASEP: Ekspor seafood Vietnam 2022 tembus USD11 miliar
Nikolik dan Sharma memprediksi Ekuador akan terus melanjutkan peningkatan produksinya dan mendongkrak produksi udang Amerika menyentuh angka 2 juta ton pada 2023.
Produksi udang Indonesia
Rabobank juga memprediksi bahwa tren produksi udang Indonesia akan tetap positif pada 2023 dengan peningkatan produksi sebesar 6,2 persen dari tahun sebelumnya. Artinya, menurut mereka produksi udang Indonesia (vannamei dan windu) akan menembus 400 ribu ton.
Sementara pada tahun 2022 sendiri, produksi udang Indonesia tumbuh positif dari tahun sebelumnya sebesar 3,5 persen. Nikolik dan Sharma menyebut bahwa produksi udang Indonesia pada tahun 2022 tersebut berhasil melebihi produksi udang tertinggi Indonesia pada tahun 2016 yang mencapai 360 ribu ton.