Perusahaan lokapasar di bidang akuakultur, Minapoli, bersama PT Agroveta Husada Dharma dan Lanxess menggelar webinar peluncuran Virkon® Aquatic, sebuah disinfektan dengan spektrum luas yang dirancang khusus untuk memperkuat biosekuriti di sektor budidaya udang. PT Agroveta Husada Dharma, anak perusahaan grup Kalbe yang bergerak di bidang kesehatan hewan ternak dan akuakultur, menjadi distributor resmi di Indonesia untuk produk yang dikeluarkan Lanxess tersebut. 

Direktur Prasarana dan Sarana, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Ujang Komarudin, memberikan apresiasi atas hadirnya inovasi biosekuriti seperti Virkon® Aquatic. Menurutnya, hal ini bisa mendukung industri udang yang selama ini menjadi penghasil devisa paling besar di sektor perikanan budidaya nasional.

“KKP, dalam hal ini DJPB, sangat menyambut baik hadirnya inovasi produk yang mampu  meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan keberlanjutan usaha budidaya udang,” ungkapnya. Selain itu, Ujang juga menegaskan bahwa pihaknya mendukung penuh produk-produk pendukung akuakultur yang telah terdaftar secara resmi di KKP dan memenuhi standar keamanan yang tinggi, yang terbukti aman bagi petambak dan lingkungan.

Baca juga: Biosekuriti, solusi tepat mencegah penyakit masuk tambak

Ia juga mengingatkan pentingnya sikap selektif dalam memilih produk untuk budidaya. Ia menekankan bahwa produk harus digunakan sesuai dosis anjuran, tidak berdampak negatif pada ekosistem tambak, dan tidak termasuk dalam daftar bahan terlarang di negara tujuan ekspor.

Commercial GM PT Agroveta Husada Dharma, Imam Jamhuri, menyampaikan bahwa Virkon Aquatic mulai didistribusikan secara resmi sejak Juli 2025. Produk tersebut dirancang untuk menghadapi tantangan biosekuriti di lapangan, khususnya terhadap patogen seperti Vibrio, EMS, WSSV, dan EHP.

Menurutnya, Virkon Aquatic adalah disinfektan serbaguna dengan spektrum luas yang bisa digunakan untuk mendesinfeksi peralatan, permukaan, hingga area lingkungan tambak. 

“Kami percaya produk ini bisa menjadi solusi bagi industri dan petambak rakyat,” ujar Imam.

Dalam kesempatan yang sama, Konsultan PT Agroveta Husada Dharma, drh. Suhardi  menjelaskan bahwa penyakit infeksius—baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, maupun parasit—masih menjadi tantangan utama dalam budidaya udang. Ia menambahkan bahwa udang tidak memiliki sistem kekebalan spesifik, sehingga langkah pencegahan melalui biosekuriti yang ketat sangatlah penting.

Ia pun memperkenalkan konsep Biosekuriti 360°, pendekatan keamanan total yang mencakup seluruh aspek, mulai dari kualitas benih, pengelolaan air dan tanah, alat transportasi, hingga perilaku manusia di lingkungan tambak. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari penyakit atau hama.

“Tidak semua disinfektan bekerja efektif untuk semua jenis patogen. Karena itu, penting memilih produk dengan spektrum luas dan memahami karakter bahan aktif yang digunakan,” jelasnya.

Webinar ini juga menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor—antara pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat—untuk bersama-sama membangun ekosistem budidaya udang yang sehat, berdaya saing, dan berkelanjutan.

***