Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) kembali mencatatkan kinerja positif dengan menjaga posisi Indonesia sebagai negara net eksportir produk perikanan. Hingga Oktober 2025, surplus neraca perdagangan perikanan mencapai USD4,53 miliar, meningkat 2,9% dibandingkan periode sebelumnya.
Plt. Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Machmud, menjelaskan surplus tersebut berasal dari nilai ekspor perikanan selama Januari–Oktober 2025 yang mencapai USD5,07 miliar. Sementara itu, nilai impor pada periode yang sama tercatat sebesar USD0,54 miliar, atau sekitar 10,6% dari total nilai ekspor.
Menurut Machmud, capaian ini menunjukkan konsistensi Indonesia dalam menjaga keseimbangan perdagangan sektor perikanan. Selama beberapa tahun terakhir, nilai ekspor selalu lebih tinggi dibandingkan impor untuk komoditas kelautan dan perikanan.
Kinerja positif di pasar utama
Dari sisi pasar, ekspor perikanan ke Amerika Serikat tercatat tumbuh 2,6% dengan nilai mencapai USD 1,60 miliar. Capaian tersebut menjadi angin segar di tengah tekanan untuk komoditas udang di pasar yang sama akibat kasus Cesium-137.
Sementara itu, kinerja ekspor ke kawasan ASEAN naik signifikan hingga 22,7% menjadi USD811,64 juta. Selain itu, ekspor ke Jepang juga meningkat 2,3% dengan nilai USD506,28 juta, sedangkan Uni Eropa mencatatkan pertumbuhan 8,3% dengan nilai USD379,54 juta.
Udang masih unggul
Berdasarkan komoditas, meski ditempa krisis berat di sepanjang tahun ini, udang tetap menjadi unggulan dengan pertumbuhan ekspor sebesar 8,6%. Komoditas tuna dan cakalang tumbuh 2,6%, sementara cumi, sotong, dan gurita naik 1,9%.
Machmud menyebutkan bahwa peningkatan tersebut tidak terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan KKP, mulai dari penyelenggaraan ASEAN Tuna Working Group, pemenuhan persyaratan ekspor ke Amerika Serikat, workshop Gap Assessment Sistem Ketertelusuran dan Logistik Ikan Nasional (Stelina), pelatihan audit internal HACCP, hingga kegiatan business matching dan partisipasi dalam pameran internasional.
“Alhamdulillah, di tengah dinamika tahun ini ekspor udang tetap meningkat dan ekspor ke pasar AS juga naik,” jelasnya.

Udang masih menjadi komoditas ekspor unggulan perikanan hingga triwulan ke-3 2025.
Tak hanya dari sisi perdagangan, kinerja sektor kelautan dan perikanan juga tercermin dari peningkatan investasi. Pada triwulan III 2025, total investasi di sektor ini mencapai Rp7,8 triliun. Investasi tersebut didominasi oleh bidang pengolahan sebesar 32,26%, diikuti budidaya 27,48%, pemasaran 21,72%, penangkapan 15,35%, serta jasa perikanan 3,19%.
Machmud menjelaskan, capaian investasi ini didukung oleh berbagai langkah strategis, antara lain pendampingan rencana investasi kepada investor dalam dan luar negeri, implementasi perizinan berusaha sektor kelautan dan perikanan, serta penyelenggaraan forum investasi dan business matching.
Perkuat UMKM
Di sisi lain, KKP juga terus memperkuat peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebagai penopang ekonomi sektor kelautan dan perikanan. Sepanjang 2025, KKP telah mengkurasi 657 UMKM melalui program UMKM Naik Kelas di berbagai daerah. Program tersebut mencakup pendampingan aspek legalitas dan administrasi, pembiayaan, hingga pemasaran.
Pada bidang pembiayaan, KKP memfasilitasi literasi keuangan, koordinasi kelompok kerja kredit program, serta sosialisasi sistem resi gudang bagi pelaku usaha. Hasilnya, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sektor kelautan dan perikanan mencapai Rp4,7 triliun kepada 91.304 debitur. Penyaluran KUR tersebut mayoritas terserap di subsektor budidaya sebesar 33,87%, perdagangan hasil perikanan 30,9%, penangkapan ikan 23,75%, jasa perikanan 8,2%, pengolahan 2,85%, dan pergaraman 0,38%.
Menutup pernyataannya, Machmud menegaskan bahwa KKP akan terus berupaya meningkatkan kinerja sektor kelautan dan perikanan meskipun tahun anggaran hampir berakhir.
***
Foto-foto: ©KKP



