Siapa tak kenal Hasanuddin Atjo? Petambak senior dari timur Indonesia ini adalah penggagas budidaya udang kepadatan sangat tinggi yang dinamai supra intensif. Namun selain itu, petambak yang akrab disapa Atjo ini juga tak lain adalah pionir dalam menerapkan budidaya udang dua tahap (two step) dengan mengaplikasikan sistem nursery.
Dalam pilot project nursery yang dilakukannya di Kalimantan Selatan, dengan kualitas air yang tidak terlalu bagus, Atjo justru mencatatkan hasil produksi yang bagus. Menurutnya, hasil produksi udang satu tahap seperti umum dilakukan para petambak, hasil produksinya berkisar 71 – 100 ton/ha selama 4 bulan (red: dengan kedalaman kolam 3 meter). Sementara saat menggunakan sistem dua tahap dengan tambahan sistem nursery, produktivitas bisa mencapai 121 – 145 ton/ha.
“Jadi ini kira ini sebuah informasi bahwa nursery itu sangat signifikan dalam meningkatkan produksi,” ungkap Atjo dalam webinar Bincang Udang ke-4 yang diadakan Minapoli bersama Forum Udang Indonesia (FUI) dan Forum Komunikasi Pembenih Udang Indonesia (FKPUI).
Nursery erat kaitannya dengan fase perkembangan udang
Sistem pembesaran udang dua tahap menggunakan nursery tidak hanya terbukti positif di lapangan, tetapi konsep tersebut juga cocok dengan siklus pertumbuhan udang. Menurut Atjo, jika ditinjau secara ilmiah, siklus pertumbuhan udang menyerupai kurva sigmoid. Diawali dengan pertumbuhan lambat pada masa-masa awal perkembangan udang, kemudian pertumbuhan cepat, dan kembali melambat menjelang usia pematangan sistem reproduksinya.
Pada fase pertumbuhan lambat pertama, proses pembelahan sel di dalam tubuh udang terjadi sangat lambat. Sehingga pada fase ini, udang tidak perlu ruang yang luas. Namun demikian, nutrisi dan lingkungannya justru harus lebih prima. Fase ini terjadi kurang lebih sejak udang menetas hingga sekitar 50 hari pertama. Sehingga jika umumnya pemeliharaan larva di hatchery hingga umur 20-an hari, maka 30 hari sisanya bisa lanjutkan dengan sistem nursery.
Oleh karena itu, menurut Atjo “sistem nursery idealnya dilakukan pada media indoor seperti hatchery agar lingkungannya terkendali.”
Kemudian pada fase pertumbuhan cepat, pembelahan sel di dalam tubuh udang meningkat dengan tajam. Sehingga ia membutuhkan ruang yang lebih luas. Pada fase ini lah udang akan optimal dibesarkan pada lahan yang lebih luas seperti umumnya pertambakan di Indonesia. Proses pembesaran udang di tambak ini bisa dilakukan selama 70 – 90 hari hingga udang dapat dipanen. Pada fase ini, kebutuhan nutrisi juga tetap perlu prima dengan dukungan lingkungan yang optimal.
Selanjutnya udang akan kembali masuk pada fase pertumbuhan lambat. “Energi dari pakan mulai diarahkan untuk pematangan reproduksi dan maintenance, sehingga laju pertumbuhan berkurang,” ujar Atjo.
Sumber foto: KKP