Energi listrik menyumbang 20-25 persen terhadap biaya produksi udang di tambak intensif. Hal itu menjadikan listrik sebagai komponen biaya terbesar kedua dalam budidaya setelah pakan. Namun meski kontribusinya besar terhadap biaya produksi, manajemen kelistrikan di tambak jarang sekali menjadi perhatian serius. Kondisi ini kemudian diperparah dengan sulitnya mencari SDM ahli mekanik dan kelistrikan untuk tambak udang.

Sekjen Shrimp Club Indonesia (SCI) Banyuwangi, Hari Julianto, menyampaikan hal tersebut dalam acara Webinar BincangMina #19 bertema “Manajemen Kelistrikan Tambak Udang untuk Efisiensi Biaya Operasional”,  yang diadakan Minapoli, Rabu (6/11). Menurutnya, sebagian besar penggunaan listrik di tambak intensif adalah untuk mengoperasikan kincir dan pompa. 

Dalam satu hektar tambak intensif, kebutuhan listrik kira-kira mencapai 100 KVA. Kebutuhan ini antara lain untuk 40 unit kincir (30 KW), pompa untuk menyedot air laut dan mendistribusikannya ke kolam (40-50 KW), dan penerangan (3-5 KW). “Dulu pompa menggunakan mesin (BBM). Dengan keadaan solar mahal, lebih banyak lari ke (pompa) elektrik,” kata Hari.

Semakin sederhana, semakin aman

Karena terbatasnya SDM kelistrikan, instalasi listrik tambak sebaiknya dibuat sesederhana mungkin sejak awal tambak dibangun, agar teknisi atau pegawai lebih mudah mengoperasikannya. Di sisi lain, instalasi yang sederhana jauh lebih aman dan mudah dalam perawatannya. Bagian-bagian yang tidak memiliki fungsi signifikan, seperti lampu indikator yang berlebih, sebaiknya tidak perlu dimasukkan. 

“Saya kebetulan dapat pesanan pembuatan panel-panel listrik. Itu saya buat seperti soket-soket  saja, tinggal copot sambung.  Gak usah ngurut kabel yang begitu ribet. Semakin sedikit komponen yang masuk, semakin mudah operasinya,” kata Hari. Selain itu, ia juga merekomendasikan penggabungan kontrol sumber listrik beberapa kincir dalam satu panel. 

Instalasi tepat, biaya hemat

Karena kontribusinya yang besar terhadap biaya produksi, instalasi dan penggunaan listrik di tambak intensif perlu dilakukan seefisien mungkin agar biaya tidak membengkak. Pada aspek instalasi, pemilihan alat dan bahan kelistrikan yang memenuhi standar mutlak diperlukan untuk menghindari kebocoran listrik dan peningkatan daya. 

Baca juga: Seri GSF 2024: Tambak rumah kaca tumbuh pesat di Tiongkok

Selain itu, ia juga menyarankan untuk membagi gardu menjadi beberapa area distribusi listrik-terutama jika tambaknya sangat luas, dengan memosisikan gardunya di tengah-tengah. Gardu berdaya 500 KVA misalnya, bisa digunakan untuk menjangkau kurang dari 300 meter. Jika jangkauannya lebih, maka akan berpotensi menurunkan voltase dan berisiko merusak dinamo kincir maupun pompa.

Alternatifnya, jika gardu terlanjur terpusat di satu titik, petambak dapat menggunakan kabel yang lebih besar maupun dinamo yang kuat terhadap ketidakstabilan voltase. Tentunya, alternatif tersebut diiringi dengan investasi yang lebih besar. Namun, kata Hari, investasi tersebut sebetulnya sama saja dengan biaya perbaikan jika dinamo terbakar akibat kerusakan dinamo yang disebabkan perubahan voltase.

Cara lain yang cukup signifikan untuk menekan biaya listrik dari aspek instalasi listrik adalah penggunaan kapasitor (capacitor bank). Menurut Hari, kapasitor listrik di tambak atau industri berfungsi untuk memperbaiki faktor daya akibat kondisi daya reaktif yang besar karena penggunaan listrik yang besar. Dengan cara kerja seperti itu, kapasitor di tambak diklaim mampu menghemat biaya listrik hingga 30 persen. Memang perlu tambahan biaya yang lebih untuk alat tersebut, tetapi kata dia, biaya investasinya setara dengan dua bulan tagihan listrik yang sering bocor. Artinya, balik investasinya relatif lebih cepat.

Jeli melihat kebutuhan 

Selain dari aspek instalasi, strategi efisiensi listrik yang paling signifikan tetap pada cara penggunaannya, terutama pada penggunaan kincir sebagai komponen pengguna listrik terbesar. Penggunaan kincir sebaiknya menyesuaikan dengan kebutuhan yang sebenarnya di lapangan. Menurut Hari, tingkat oksigen di tambak cenderung berfluktuasi. Pada saat kondisinya bagus, bisa saja penggunaan kincir dibatasi agar konsumsi listrik lebih hemat.

“Menggunakan kincir di lapangan bisa disiasati. Kebutuhannya tidak selalu sama setiap waktu.  Mungkin butuh kejelian dan kerajinan untuk mengecek. Malam rajin ukur DO sehingga kebutuhan tidak lebih dan tidak kurang, tapi sesuai kebutuhan,” kata Hari.

Menyoal pengecekan rutin, aktivitas ini bisa juga dilakukan pada alat-alat yang menggunakan listrik itu sendiri. Pada kincir misalnya, sebaiknya petambak melakukan pengecekan rutin kondisi kincir. Masalah kelistrikan pada kincir cukup mudah dilihat dari daya amperenya. Kincir umumnya menggunakan listrik 3-phase. Masalah kelistrikan bisanya terlihat pada daya ampere yang berbeda jauh pada setiap phasenya, atau jika dayanya tinggi semua. 

“Kalau bisa, minimal setiap tiga hari melakukan pengecekan apakah ampere-nya tinggi?… Misal karena pelampungnya bocor, atau kipas tenggelamnya lebih dalam, bearing bermasalah atau aus, itu nanti ampernya tinggi. Sebelum ada kebakaran dinamo, kelihatan dari situ semua.” ungkap hari. 

Baca juga: Hitung untung budidaya udang sistem MSF

Lengkapi dengan genset

Karena pentingnya kelistrikan di tambak intensif, alternatif cadangan sumber listrik saat terjadi pemadaman pun sama pentingnya. Generator set (genset) adalah alternatif sumber listrik yang wajib dimiliki petambak. Genset juga bisa digunakan di tambak-tambak intensif yang tidak dilewati infrastruktur listrik. Hanya saja, jika genset digunakan sebagai sumber listrik yang utama, biaya solarnya cukup tinggi karena tambak udang harus menggunakan solar industri, alih-alih solar bersubsidi. 

Menurut Hari, penggunaan genset akan cukup efisien pada sistem tambak intensif dengan padat tebar tinggi, paling tidak dengan kepadatan 150 ekor/m2. Dan akan jauh lebih optimal jika digunakan pada padat tebar sekitar 200-300 ekor/m2. “Kira-kira per hektarnya butuh (genset) 100 KVA. Itu bisa memenuhi kondisi terbruk. Minimal bisa dengan 60 KVA jika kondisinya normal,” kata Hari.

Sementara itu, Tri Hartono Ariyanto, Product Manager Power Systems PT Trakindo Utama, mengatakan bahwa dalam upaya mendukung industri tambak udang, pihaknya menyediakan genset dalam berbagai kapasitas, baik untuk kebutuhan sumber listrik utama ataupun sebagai cadangan ketika listrik utama padam. Menurutnya, fitur utama pada genset khusus tambak adalah umur teknis yang lama dan tahan karat akibat air laut. 

“Genset harus siap dioperasikan selama mungkin agar dapat menghasilkan energi untuk tambak. Selain itu, genset kami juga disertai fitur space heater yang melindungi genset agar tidak mudah rusak karena korosi oleh air laut,” pungkas Tri.


Penulis: Asep Bulkini