Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) Bantul memperkenalkan teknologi inovasi pengeringan rumput laut menggunakan sistem rumah kaca dan mesin rotary dryer di kawasan Silvofishery Marana, Maros, Sulawesi Selatan (13/11). Teknologi ini diharapkan dapat membantu pembudidaya rumput laut menjaga kualitas dan stabilitas produksi, terutama saat musim hujan. Ke depannya, inovasi ini akan diterapkan di Silvofishery Marana, Maros.

Sistem pengering rumah kaca ini dirancang untuk menurunkan kadar air pada rumput laut hingga mencapai tingkat yang aman dalam mencegah pertumbuhan jamur, mikroorganisme, dan serangga, sekaligus memperpanjang masa simpan produk, sehingga memperpanjang umur simpan rumput laut dan meningkatkan nilainya di pasar. Dengan ukuran 3x4x2,5 meter, bangunan pengering ini memiliki kerangka dari besi hollow galvanis, dinding dan atap yang dilapisi plastik mika, serta exhaust fan untuk menjaga kelembapan ruangan dan mengeluarkan uap air.

Dinding dan atap mika berfungsi untuk menyerap dan menyimpan energi matahari yang digunakan untuk mengurangi kadar air pada produk. Alat ini juga dilengkapi dengan absorben panas untuk memaksimalkan penyimpanan panas. Dengan suhu ruang yang bisa mencapai 56°C dan kelembapan udara yang rendah, alat ini mampu menghasilkan rumput laut kering berkualitas tinggi dan konsisten.

Pengering rumput laut sistem rumah kaca dikembangkan oleh Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) Bantul. ©KKP

Pengering rumput laut sistem rumah kaca dikembangkan oleh Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) Bantul. ©KKP

Kepala LRPMH, Kartika Winta Aprilia, menjelaskan bahwa alat pengering rumah kaca digunakan untuk meningkatkan efisiensi pengeringan rumput laut, sementara mesin rotary dryer mempermudah proses pengeringan pelet ikan atau maggot. Kedua alat ini khususnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir yang menggantungkan hidup pada sektor tersebut.

Baca juga: Deteksi ice-ice disease pada rumput laut dengan proximal sensing

Alat pengering ini mampu menampung 400-500 kilogram rumput laut per siklus, dengan biaya operasional yang lebih efisien dan jauh lebih hemat dibandingkan metode tradisional. Sementara itu, mesin rotary dryer menggabungkan proses pengadukan dan pengeringan pelet ikan dalam satu drum yang berputar, sehingga proses pengeringan menjadi lebih cepat dan biayanya lebih murah.

Probiotik Al Gipro

Alat ini pertama kali diperkenalkan di SFV Wanamina Marana, Maros, Sulawesi Selatan. Penetapan SFV Wanamina sebagai lokasi yang mendapatkan dukungan didasarkan pada hasil identifikasi kebutuhan di lapangan, spesifikasi alat, dan kesiapan teknologi yang dimiliki oleh LRMPHP.

Tingkatkan produktivitas

Kepala BPPSDM KP, I Nyoman Radiarta, menyatakan bahwa kolaborasi antar Unit Pelaksana Teknis (UPT) ini merupakan langkah strategis untuk menghadirkan teknologi yang tepat guna, yang dapat mendukung peningkatan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat pesisir.

“Sinergi antara Unit Pelaksana Teknis di bawah BPPSDM KP memungkinkan kami untuk mengembangkan alat dan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal, seperti teknologi pengeringan rumput laut ini. Inovasi ini menunjukkan bagaimana teknologi bisa menjadi solusi yang bermanfaat bagi masyarakat pesisir yang bergantung pada sektor perikanan,” jelas Nyoman.

Baca juga: Jejak karbon akuakultur (Part 1): Sumber-sumber penghasil emisi dalam budidaya

Sejak 2024, LRMPHP bertugas untuk mendukung pelaksanaan SFV Mekanisasi Perikanan, yang berfokus pada pengoptimalan aset LRMPHP dalam mendesain alat pengolahan hasil perikanan untuk mendukung kegiatan SFV.

Kepala BRPBAP3 Maros, Indra Jaya Asaad, menjelaskan bahwa sektor rumput laut adalah salah satu pilar ekonomi masyarakat dan produk utama SFV Wanamina. Namun, metode penjemuran tradisional yang bergantung pada cuaca sering kali menghadirkan masalah pada kualitas dan stabilitas hasil produksi.

“Dukungan dari SFV LRMPHP Bantul berupa alat pengering rumah kaca dan mesin rotary dryer diharapkan dapat membantu SFV Wanamina meningkatkan kualitas produk rumput laut kering. Mesin rotary dryer juga dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi pembuatan pakan mandiri,” ungkap Indra.

Ia menilai inovasi ini bisa menghasilkan rumput laut kering yang lebih bersih dengan proses pengeringan yang lebih efisien, memberikan solusi bagi masyarakat pesisir, khususnya pembudidaya rumput laut di Silvofishery Marana yang sering mengalami kesulitan saat musim hujan. Indra berharap teknologi ini dapat mendukung pengembangan SFV Wanamina dan mendorong kesejahteraan masyarakat pesisir melalui produk rumput laut berkualitas tinggi.

Dengan meningkatnya kapasitas produksi dan kualitas rumput laut kering, BPPSDM, melalui LRMPHP dan BRPBAP3 Maros, menargetkan inovasi ini tidak hanya meningkatkan pendapatan ekonomi lokal, tetapi juga mendukung Silvofishery Marana sebagai percontohan SFV yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Ke depan, diharapkan alat pengering berbasis efek rumah kaca ini dapat diterapkan di wilayah pesisir lainnya, sebagai bagian dari komitmen KKP untuk mengembangkan ekonomi biru di seluruh Indonesia.