Larva black soldier fly (Hermetia illucens) atau maggot BSF semakin dikenal sebagai alternatif sumber protein berkualitas untuk pakan ternak. Larva ini kaya akan nutrisi penting dan mampu mengubah limbah organik menjadi protein secara efisien. Hal ini menjadikan maggot BSF sebagai pilihan yang ramah lingkungan karena membutuhkan lahan produksi yang kecil dan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah dibandingkan sumber protein konvensional.  

Namun, profil asam amino (AA) pada maggot masih menjadi kendala utama. Kandungan asam amino esensial (EAA) seperti metionin dan sistein dalam maggot lebih rendah dibandingkan tepung ikan, yang menjadikan performa pakan jadi kurang maksimal. Hal ini karena serangga pada umumnya, termasuk maggot, cenderung akan melepaskan kelebihan protein dalam tubuh mereka untuk menjaga keseimbangan homeostasisnya. 

Untuk mengatasi masalah ini, para peneliti telah mencari cara untuk meningkatkan kandungan asam amino pada maggot.  Sebuah penelitian inovatif yang diterbitkan dalam Journal of Insect Food and Feed oleh para peneliti dari National Institute of Agrobiological Sciences dan University of Tokyo telah menemukan metode baru untuk meningkatkan kandungan protein maggot BSF. Pendekatan ini berpotensi menjadi titik balik optimalisasi maggot BSF sebagai bahan baku pakan yang berkelanjutan yang dapat menggantikan tepung ikan.

©C. M. Liu, T. Uehara, dan M. Shimoda

©C. M. Liu, T. Uehara, dan M. Shimoda

Menghambat transporter asam amino

Penelitian yang dipimpin oleh C.-M. Liu, T. Uehara, dan M. Shimoda ini memperkenalkan strategi baru untuk meningkatkan kandungan asam amino pada maggot dengan menargetkan nutrient amino acid transporters (NAT) dalam sistem ekskresi larva BSF. NAT berperan dalam mengangkut asam amino melalui membran sel di tubulus Malpighi, organ ekskresi pada serangga. Dengan menghambat transporter ini, para peneliti berusaha mengurangi ekskresi asam amino sehingga terakumulasi dalam tubuh larva. 

Baca juga: Tepung maggot untuk pakan: Potensial namun penuh tantangan

Tim peneliti fokus pada dua transporter spesifik, yakni HiNATt dan HiNATg. Dengan menggunakan teknik RNA interference (RNAi) untuk menghambat kedua transporter ini, mereka berhasil mengamati perubahan signifikan dalam kandungan asam amino pada maggot. 

Probiotik Al Gipro

Penelitian ini menghasilkan temuan yang cukup signifikan. Menghambat HiNATt dapat meningkatkan kandungan total asam amino pada maggot hingga 77,3%. Bahkan, kadar asam amino esensial seperti histidin dan valin meningkat masing-masing sebesar 256,8% dan 198,1%. Namun, hal ini disertai penurunan berat tubuh larva hingga 56,2%.  

Sebaliknya, penghambatan HiNATg justru menurunkan kandungan total asam amino dan kadar histidin dibandingkan larva kontrol. Temuan ini menunjukkan peran krusial HiNATt dalam mengatur ekskresi asam amino dan menjadikannya target potensial untuk meningkatkan kandungan protein dan asam amino maggot.  

Sinyal bagus untuk industri pakan

Peningkatan kandungan asam amino pada maggot memiliki dampak besar bagi industri pakan hewan. Dengan kadar asam amino esensial yang lebih tinggi, maggot dapat menjadi alternatif yang lebih menarik pengganti tepung ikan, yang selama ini menjadi komponen utama pakan ternak dan akuakultur. Hal ini juga berpotensi mengurangi ketergantungan pada tepung ikan, mendukung praktik peternakan dan akuakultur yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.  

Selain itu, hasil penelitian ini membuka peluang baru untuk menggunakan bioteknologi dalam meningkatkan profil nutrisi maggot. Dengan memodifikasi ekspresi transporter tertentu, kandungan asam amino pada maggot dapat disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi berbagai jenis hewan secara lebih tepat.  

Para peneliti optimistis dengan potensi temuan ini. Mereka berencana untuk meneliti lebih lanjut efisiensi transport HiNATt. Selain itu, mereka juga akan mengembangkan strain maggot BSF yang direkayasa secara genetik dengan karakteristik nutrisi yang lebih baik. Langkah ini dapat membuka jalan bagi produksi maggot berskala besar dengan profil asam amino yang disesuaikan untuk berbagai kebutuhan hewan ternak. Seiring meningkatnya permintaan akan sumber protein berkelanjutan, inovasi semacam ini berperan penting dalam membentuk masa depan pakan ternak dan akuakultur. 

***
Foto utama: Getty Images/Muhammad Candra