Jumlah manusia di muka bumi diperkirakan akan naik menjadi 9,7 miliar pada tahun 2045. Peningkatan populasi ini akan diikuti oleh peningkatan kebutuhan sumber protein hingga 70 persen. Namun sayangnya, pemenuhan kebutuhan protein ini bisa terancam akibat perubahan iklim yang terus memburuk. Sehingga muncullah sebuah konsep pemenuhan kebutuhan protein berbasis perairan yang dinilai lebih ramah lingkungan dan dinamai blue food (pangan biru).

Dalam forum “Blue Food for Inclusive Growth – Ocean 20” yang menjadi rangkain KTT G20 di Nusa Dua, Bali (14/11), Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), TB Haeru Rahayu, menyampaikan pentingnya program blue food dibahas pada level global. Hal ini karena blue food berpotensi bisa memenuhi kebutuhan pangan di masa depan. 

Menurut Tebe, program blue food sangat potensial dikembangkan melalui sektor budidaya atau akuakultur. Tujuannya agar bisa menekan penangkapan yang berlebih di alam sehingga populasi sumberdaya perikanan bisa berkelanjutan. “Sehingga blue food memiliki peran penting dalam mencapai ketahanan pangan, mengakhiri malnutrisi, dan membangun sistem pangan yang sehat,” kata Tebe sebagaimana ditulis dalam siaran pers KKP (15/11).

Baca juga: Guru besar UB kenalkan sistem budidaya udang Ecogreen Aquaculture

Pengembangan pakan berkualitas

Untuk mencapai program pangan biru dari sektor akuakultur, Tebe menyebut perlunya mengembangkan pakan efisien agar biaya produksi juga efisien dan lebih berdaya saing. 

Probiotik Al Gipro

Menurutnya, “Indonesia tengah fokus pada pengembangan pakan ikan karena inilah yang menggerus biaya produksi. Ini menjadi tantangan, bagaimana kami mampu menyediakan pakan ikan serta bahan bakunya yang cukup dan berkualitas. Sehingga cost produksi bisa lebih ditekan tapi tidak mengurangi kualitas produk dan hasil panen.”

Tebe Haeru Rahayu

Dirjen Perikanan Budidaya KKP, TB Haeru Rahayu, menyampaikan pentingnya peran blue food dalam memenuhi kebutuhan protein dunia di masa depan, di forum Ocean-20, di Bali (14/11).
Foto: KKP

Untuk mengembangkan pakan berkualitas dan efisien ini, kata Tebe, KKP memiliki strategi jangka menengah dan panjang. Strategi jangka menengah (2021-2024) dilakukan melalui optimalisasi utilisasi pabrik agar bisa memenuhi kebutuhan pakan ikan dan udang, mendorong peningkatan produksi pakan mandiri, hingga penggunaan bahan baku lokal. 

Sementara strategi jangka panjangnya (2025-2045) dilakukan dengan mengembangkan pakan ramah lingkungan dengan menerapkan sertifikasi dan registrasi pakan secara total. “Dengan apa yang kami lakukan, harapannya sektor perikanan budidaya mampu menjadi penopang ketahanan pangan baik untuk dalam negeri maupun global,” harap Tebe. 

Baca juga: Ekonomi biru sebagai salah satu strategi pemerintah turunkan emisi karbon

Peningkatan investasi pada ekonomi biru

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang Kelautan dan Perikanan, Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Joseph Pangalila, mengungkapkan bahwa peluang investasi di sektor akuakultur masih sangat besar. Baik budidaya air tawar, payau, maupun laut. 

Ia berharap banyak investor yang bisa bekerja sama dengan masyarakat lokal untuk meningkatkan sistem produksi dari tradisional menuju intensif dengan mengembangkan konsep ekonomi biru. Dengan konsep ekonomi biru yang ramah lingkungan, Joseph yakin usaha budidaya dapat berjalan berkelanjutan dan menguntungkan semua pihak. 

“Jadi konsep blue ekonomi tidak hanya meningkatkan kualitas lingkungan, tapi juga meningkatkan pendapatan masyarakat,” pungkas Joseph Pangalila.