Kesehatan saluran pencernaan pada udang memegang peranan sangat penting bagi kesehatan udang secara keseluruhan. Sebab selain memiliki fungsi pencernaan secara mekanis, kimiawi, dan mikrobiologi, saluran pencernaan udang juga memiliki fungsi pertahanan terhadap patogen. 

Hal tersebut terjadi lantaran saluran pencernaan merupakan organ yang berinteraksi langsung dengan lingkungan, seperti air, pakan, maupun mikroorganisme (termasuk patogen) yang dibawa oleh keduanya. Sehingga organ ini, yang secara sederhana hanya terdiri dari hepatopankreas dan usus, akan merespon segala kondisi lingkungan tersebut. 

Fungsi-fungsi pada saluran pencernaan tersebut dipengaruhi oleh keberadaan sekolompok mikroorganisme di dalam saluran pencernaan, atau yang dikenal dengan istilah mikrobiom. Keberadaan mikrobiom pada saluran pencernaan turut menentukan kesehatan organ tersebut dan tentunya kesehatan tubuh udang secara keseluruhan. 

Apa itu mikrobiom?

Menurut Co-Lead Guru Delos sekaligus dosen Budidaya Peraian IPB University, Dr. Julie Ekasari, mikrobiom merupakan komunitas mikroorganisme seperti bakteri, virus, fungi, parasit, bahkan fitoplankton yang hidup di suatu habitat. Baik habitat berupa organ, seperti organ saluran pencernaan atau pernafasan pada berbagai organisme, maupun habitat berupa lingkungan seperti air.

Khusus pada saluran pencernaan, mikrobiom memiliki peran yang sangat penting terutama bagi kesehatan dan kelangsungan hidup organisme inangnya, termasuk pada udang. Dari mulai melindungi tubuh dari patogen, mengaktifkan sistem imun, hingga membantu proses pencernaan makanan. 

“Karena mikrobiom atau komponen mikrobiota yang ada dalam saluran pencernaan ini berfungsi juga dalam menyekresikan berbagai enzim-enzim pencernaan yang dapat membantu dalam proses pencernaan makanan,” ujar Julie saat menjadi pembicara di webinar OPINI (Obrolan Pintar Terkini) yang diselenggarakan Delos beberapa waktu lalu.

Baca juga: Tantangan dan strategi menghadapi penyakit pada budidaya udang

Secara umum, mikrobiom pada saluran pencernaan suatu organisme bisa menghasilkan berbagai senyawa bioaktif seperti vitamin, mineral, asam folat, hingga hormon-hormon yang membantu proses sekresi inangnya. Bahkan kata Julie, mikrobiom bisa juga berkontribusi pada produksi neurotransmitter. Sehingga mikrobiom sering dianggap juga sebagai otaknya saluran pencernaan.  

“Bahkan dalam suatu artikel terbaru dari National Geographic menyebutkan bahwa mikrobium ini seperti toko obat internal yang ada dalam tubuh kita. Karena di situ saking banyaknya senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh mikrobiota yang ada dalam saluran pencernaan,” ungkap Julie.

Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan mikrobiom

Dengan peran-peran tersebut, maka mikrobiom tidak dapat terpisahkan dari saluran pencernaan suatu organisme, baik struktur maupun fungsinya. Namun demikian keberadaan jenis dan komposisi mikrobiota di dalamnya bisa berubah.

An-illustration-showing-the-factors-influencing-the-microbiota-of-shrimp.-Copy.-Riya-Rajeev-et.-al

Perubahan mikrobiom diperngaruhi faktor internal, seperti fisiologi imun, dan eskternal seperti kualitas air dan nutrisi yang masuk. ©Riya Rajeev et. al.

Pada saluran pencernaan udang, perubahan mikroba bisa terjadi secara temporal dan spasial. Perubahan secara temporal terjadi seiring berjalannya waktu yang diikuti perubahan fase pada udang. Mikrobiota dalam tubuh udang saat fase larva misalnya, akan berbeda dengan mikrobiota udang saat fase dewasa. Sementara perubahan secara spasial dipengaruhi oleh perbedaan tempat budidaya. 

“Udang yang dipelihara di satu lokasi, belum tentu memiliki mikrobiota yang sama dengan udang yang dipelihara di lokasi yang lain. Sehingga ini juga harus kita perhatikan agar bisa lebih memahami manajemen mikrobiota dalam saluran pencernaan udang,” ujar Julie. 

Adapun perubahan jumlah dan komposisi jenis mikroba tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dalam tubuh udang itu sendiri dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain seperti umur udang dan fisiologi imunnya. Keduanya turut menentukan keberadaan mikrobiota apa saja yang ada dalam saluran pencernaan. 

Baca juga: Aplikasi probiotik untuk menekan Vibrio dalam budidaya udang vaname

Adapun faktor eksternal yang memicu perubahan mikrobiom berasal dari lingkungan maupun nutrisi yang diberikan pada udang. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor lingkungan seperti temperatur, salinitas, DO (dissolved oxygen), amonia, dan nitrit bisa berpengaruh pada komposisi mikrobiota. Sementara ketersediaan jenis nutrisi yang berbeda di saluran pencernaan, juga akan menghasilkan komposisi mikrobiota yang berbeda juga.

Namun demikian, udang sebagai inang dari mikrobium tentu memiliki kemampuan dalam menyeleksi jenis bakteri apa saja yang harus ada dalam saluran pencernaannya. Kemampuan tersebut akan semakin meningkat seiring meningkatnya usia udang. 

Perubahan komposisi mikrobiom pada saluran pencernaan udang adalah hal yang wajar jika perubahannya tidak berdampak buruk bagi saluran pencernaan dan udangnya sendiri. Namun jika perubahannya ke arah yang negatif, atau disebut sebagai disbiosis, yang menyebabkan saluran pencernaan dan kesehatan udang terganggu, maka hal tersebut perlu diwaspadai oleh petambak. Salah satu indikasinya adalah mulai adanya kemiripan mikrobiota pada pencernaan dengan mikrobiota pada lingkungan.

Menurut Julie, “Mikrobiota saluran pencernaan yang sehat memiliki karakter yang berbeda dengan mikrobiota lingkungan. Jadi kalau kita membandingkan mikrobiota usus dengan lingkungan, yang ada di air misalkan, biasanya ini sangat berbeda. Karena memang lingkungannya berbeda. Ketika mengalami disbiosis atau perubahan ke arah yang buruk dalam jangka waktu yang lama, kemampuan si inang (udang) dalam menyeleksi mikrobiota ini akan berkurang. Sehingga mikrobiota dari lingkungan ini bisa masuk dan kemudian menghuni saluran pencernaan tersebut. Sehingga mempengaruhi keragamannya dan keseimbangan mikrobiom.”

Oleh karena itu, mengetahui kesehatan saluran pencernaan, dalam rangka menjaga kesehatan udang, dapat diperdalam dengan mengetahui kesehatan mikrobiomnya. Dalam webinar tersebut, Julie juga menyampaikan beberapa ciri-ciri mikrobiom yang sehat. Antara lain memiliki keragaman yang tinggi, fungsi yang relatif sama, fleksibilitas tinggi terhadap metabolik, memiliki interaksi yang sehat, dan sebagainya. Ciri-ciri tersebut akan diurai pada aritkel mikrobiom berikutnya (Part 2).

*Foto utama: Canva

Penulis: Asep Bulkini