Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) sekaligus guru besar IPB University, Prof. Rokhmin Dahuri baru saja dianugerahi gelar profesor kehormatan oleh Department of International Development Cooperation Shinhan University, Seoul, Korea Selatan. Gelar kehormatan tersebut diberikan langsung oleh Presiden Shinhan University, Dr Kang Sung-jong, di kampus Shinhan University (8/11).

Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2001-2003 ini dianggap sukses dalam kiprahnya sebagai praktisi, yakni saat menjadi menteri, dan sebagai akademisi, yakni sebagai guru besar IPB University. Rokhmin juga dinilai telah berjasa dalam mempererat hubungan Indonesia dan Korsel melalui perannya sebagai Duta Besar Kehormatan Provinsi Jeju, Korsel. 

”Sebuah kebahagiaan dan kehormatan bagi saya menerima anugerah Profesor Kehormatan dalam bidang pembangunan berkelanjutan dari perguruan tinggi terkemuka seperti Shinhan University,” ujar Rokhmin dalam sambutannya, seperti dikutip Republika Network (9/11). 

Dengan didapatkannya gelar tersebut, Rokhmin berkomitmen membantu Shinhan University menjadi salah satu universitas kelas dunia sesegera mungkin melalui upaya kolaboratif, terpadu, dan berkelanjutan, dengan berbagai pemangku kepentingan. Antara lain melalui pengajaran, penelitian, inovasi dan kerja sama internasional di bidang pembangunan berkelanjutan. Tak terkecuali juga di bidang ekonomi hijau, ekonomi biru, dan teknologi industri 4.0.

Baca juga: Guru besar UB kenalkan sistem budidaya udang Ecogreen Aquaculture

Rokhmin Dahuri saat berpidato di acara penganugerahan Profesor Kehormatan di Shinhan Univeristy, Korea Selatan.

Prof. Rokhmin Dahuri saat berpidato di acara penganugerahan Profesor Kehormatan di Shinhan Univeristy, Korea Selatan.
Foto: Rokhmin Dahuri untuk All Fish News

Saatnya beralih ke ekonomi sirkular

Dalam salah satu topik orasinya tersebut, Rokhmin mengatakan bahwa ekonomi kapitalisme mulanya sukses mengangkat pertumbuhan ekonomi dunia dengan cepat. Tetapi ironisnya belum mampu mengeluarkan warga dunia dari jerat kemiskinan, dan justru memperlebar jarak antara golongan kaya dan miskin. 

Oleh sebab itu, ia menyodorkan argumen bahwa ekonomi sirkular melalui ekonomi hijau dan ekonomi biru, yang mampu meminimalisir limbah dan karbon, penting dilakukan ke depan sebagai pengganti ekonomi kapitalisme. Menurutnya, ekonomi sirkular mampu menekan emisi karbon, apalagi jika dikombinasikan dengan teknologi industri 4.0 seperti artificial intelligence (AI), internet of things (IoT), nano dan bioteknologi, hingga energi baru dan terbarukan. Selain itu, kata Rokhmin, ekonomi sirkular juga dapat menghemat penggunaan sumberdaya dan menghasilkan produk yang berdaya saing.