Pertemuan para pakar nutrisi pakan akuakultur, Indonesia Aquafeed Conference (IAC), kembali digelar untuk keempat kalinya oleh USSEC (U.S. Soybean Export Council), bekerjasama dengan GPMT (Gabungan Perusahaan Makanan Ternak), bertempat di Aloft Hotel, Jakarta (27/5). Pada acara kali ini, IAC mengangkat tema Feed Efficiency for Competitive Aquafeed Business

Untuk menjawab tema tersebut, konferensi membahas berbagai aspek penting, mulai dari formulasi pakan, penggunaan aditif untuk menghasilkan pakan fungsional yang optimal, hingga pemanfaatan teknologi guna meningkatkan efisiensi produksi. 

Pamudi, Konsultan Teknis USSEC untuk Akuakultur Asia Tenggara, mengatakan bahwa meski industri pakan akuakultur sudah memiliki standar nasional yang terangkum dalam SNI, tetapi ada aspek lain yang tidak dibahas seperti aspek kecernaan dan pemilihan jenis bahan baku yang sesuai dengan teknologi terbaru. 

“Oleh karena itu, akan ditampilkan beberapa informasi ini kepada teman-teman dari pabrik pakan supaya pakan yang dihasilkan itu bisa sesuai daya cerna masing-masing spesies. Dan juga bisa mendapatkan, kita menyebutnya bioavailability, sehingga kebutuhan nutrisinya itu bisa terpenuhi untuk seluruh spesies yang menjadi spesies target,” kata Pamudi di sela-sela acara.

Gemi Triastutik, Direktur Ikan Air Tawar Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dalam sambutannya mewakili Dirjen PB mengapresiasi acara tersebut karena sejalan dengan program-program unggulan DJPB. Kementeriannya saat ini memiliki tiga program unggulan yang berkaitan dengan budidaya yang meliputi revitalisasi tambak, percontohan, dan kampung budidaya. Menurutnya, semua program tersebut membutuhkan pakan yang berkualitas dan efisien. 

Sumber-sumber efisiensi

Menurut Dr. Dominique Bureau, Associate Professor dari University of Guelph, salah satu cara meningkatkan efisiensi pakan adalah dengan menekan angka kematian di kolam budidaya melalui pemberian pakan fungsional. Kematian, katanya, menjadi penyebab kerugian terbesar dalam kegiatan budidaya. Jika ditelusuri lebih jauh, kematian ikan atau udang umumnya disebabkan oleh serangan patogen yang muncul akibat stres lingkungan.

Baca juga: Jejak karbon akuakultur: Sumber-sumber penghasil emisi dalam budidaya

Menurutnya, pakan fungsional efektif dalam meningkatkan imunitas spesies budidaya karena formulasinya disesuaikan dengan kebutuhan spesifik ikan dan udang dalam merespon lingkungannya. Cara ini dinilai lebih efektif dan efisien dibanding dengan penggunaan vaksin, probiotik, bahkan antibiotik yang punya risiko lebih besar. 

“Tingkatkan kadar protein, tingkatkan kualitas protein, dan tingkatkan kandungan asam amino yang mudah dicerna. Dalam beberapa kondisi, peningkatan vitamin dan mineral juga bisa membantu,” ujar Dominique.

Jejak karbon dalam memproduksi pakan juga jadi perhatian pada acara kali ini. Menurut Grind Swangdhacaruk, Marketing Director Kemin AquaScience™, ada empat sumber utama emisi dari industri pakan: penggunaan energi, proses produksi bahan baku, transportasi dan logistik, serta pengolahan limbah. Untuk menghitung jejak karbon secara menyeluruh, pendekatan Life Cycle Assessment (LCA) dapat digunakan. Dengan cara ini, pengurangan emisi dari sektor pakan bisa dilakukan secara lebih terukur dan sistematis.

Sementara itu, dari sisi teknologi produksi pakan, Philipp Fritschi, Region Manager of Value Nutrition dari Buhler Group, memaparkan inovasi untuk meningkatkan efisiensi proses produksi pakan. Salah satu yang ia soroti adalah pemilihan mesin extruder—antara tipe single screw dan twin screw. Menurutnya, bukan soal mana yang lebih baik, tetapi mana yang paling sesuai dengan kebutuhan produksi.

Untuk formulasi yang sederhana, extruder single screw dinilai sudah cukup, terutama jika penambahan lemak dilakukan setelah proses pengeringan, seperti melalui vacuum coating. Sebaliknya, extruder twin screw lebih cocok digunakan untuk bahan baku yang lebih kompleks atau sulit dimasak, seperti jagung berkadar amilosa tinggi yang banyak ditemukan di Indonesia.

Menjawab tantangan terbaru

Deny Mulyono, Ketua GPMT, menjelaskan bahwa Indonesia Aquafeed Conference (IAC) merupakan acara rutin, meskipun tidak diselenggarakan setiap tahun. Forum ini diadakan ketika ada isu penting atau perkembangan baru yang perlu didiskusikan bersama oleh seluruh pemangku kepentingan di industri pakan dan akuakultur.

Tema besar yang diangkat dalam pertemuan kali ini adalah keberlanjutan. Fokus utamanya adalah bagaimana menurunkan jejak karbon, meningkatkan ketelusuran produk, serta mendorong penggunaan bahan baku yang dapat diproduksi ulang dan lebih ramah lingkungan. Tujuan akhirnya adalah menciptakan proses produksi yang lebih efisien dan berkelanjutan, yang akan terus menjadi topik diskusi ke depan.

Menurut Deny, pakan berkualitas yang diproduksi secara efisien merupakan kunci keberhasilan pembudidaya. Setiap perubahan dalam formulasi atau proses produksi harus bisa menurunkan Feed Conversion Ratio (FCR), sehingga hasil budidaya menjadi lebih efisien. Dengan begitu, pembudidaya akan lebih puas karena bisa memperoleh hasil yang lebih baik dengan biaya yang sepadan.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa akan menjadi nilai tambah besar jika pakan tersebut memiliki pengakuan resmi melalui Life Cycle Assessment (LCA) dan memiliki jejak karbon yang rendah. Ini akan meningkatkan daya saing produk perikanan Indonesia, baik itu udang maupun ikan, di pasar global.

Selain diperuntukkan bagi para produsen pakan, Pamudi menyampaikan bahwa pembudidaya juga harus paham dengan kualitas pakan yang akan dipakai. Sebab, pakan menjadi komponen biaya paling besar dalam budidaya yang mencapai 60-70 persen. 

“Pembudidaya perlu memahami tidak hanya kandungan nutrisi, tetapi juga kualitas lain dari pakan yang digunakan. Tujuannya agar produksi ikan bisa berjalan lebih efisien dan efektif—ikan tumbuh lebih cepat, lebih tahan terhadap penyakit, dan pada akhirnya profitabilitas juga meningkat. Karena itu, saya mendorong semua pembudidaya untuk memahami betul soal nutrisi pakan, karena inilah komponen terbesar dari biaya produksi mereka,” ujar Pamudi.