Isu penyakit masih menjadi tantangan utama di industri akuakultur. Masalah ini terus menghantui spesies budidaya, baik ikan maupun udang. Di sisi lain, antibiotik telah lama dilarang penggunaannya karena justru memunculkan masalah baru berupa resistensi patogen (antimicrobial resistance/AMR), residu yang berbahaya, dan pencemaran lingkungan.
Menjawab tantangan tersebut, Prof Munti Yuhana, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University mengembangkan inovasi berupa mikrokapsul sinbiotik yang mampu menggantikan antibiotik untuk mengendalikan penyakit infeksi pada budidaya ikan dan udang.
“Probiotik membantu menjaga keseimbangan mikrobiota usus, meningkatkan respons imun dan mendukung pertumbuhan. Sementara prebiotik menjadi sumber nutrien selektif bagi mikroba bermanfaat,” jelas Munti dalam Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar IPB University secara daring, Kamis (14/8).
Mengutip berita resmi IPB University, inovasi Munti berupa aplikasi mikrokapsul sinbiotik –kombinasi probiotik dan sinbiotik– dalam pakan, memberikan efek sinergis yang luar biasa.
Kombinasi keduanya terbukti memberikan peningkatan imun pada spesies budidaya, penekanan patogen, gangguan sistem komunikasi quorum sensing pada bakteri patogen, pengurangan kerusakan jaringan, serta peningkatan kelangsungan hidup organisme budidaya.
“Sinbiotik efektif melawan infeksi tunggal maupun multi-patogen, sehingga penting untuk akuakultur sehat dan berkelanjutan,” jelasnya.
Meningkatkan kualitas probiotik
Meski demikian, produksi probiotik skala besar menghadapi kendala seperti risiko kontaminasi, kestabilan viabilitas, dan masa simpan terbatas. Solusi atas masalah ini terletak pada teknologi mikroenkapsulasi, termasuk metode spray drying, yang mampu mempertahankan viabilitas probiotik tetap stabil hingga beberapa bulan.
Baca juga:
1. Pemangku kepentingan udang nasional tegaskan kembali komitmen budidaya tanpa antibiotik
2. Biosekuriti, solusi tepat mencegah penyakit masuk tambak
3. Cegah AHPND dengan menekan dominasi plankton
4. Masihkah udang Indonesia kompetitif di tengah banyak ketidakpastian?
Munti menerangkan, aplikasi mikrokapsul sinbiotik (MS) dalam pakan terbukti mampu meningkatkan jumlah probiotik di saluran pencernaan ikan dan udang. Analisis molekuler next generation sequencing (NGS) menunjukkan bahwa mikrokapsul sinbiotik dapat meningkatkan ekspresi gen imun dan memodulasi mikrobiota usus.
“Hasilnya menunjukkan kenaikan keberagaman dan kelimpahan filum seperti proteobacteria, bacteroidota, dan actinobacteria, serta peningkatan genus bermanfaat seperti Bacillus sp. dan Weissella sp,” paparnya.
Pada spesies udang, aplikasi MS terbukti mampu meningkatkan produktivitas dan ketahanannya terhadap koinfeksi antara Vibrio spp. dan Infectious Myonecrosis Virus (IMNV). Perlakuan MS memberikan pertumbuhan dan kelangsungan hidup (survival rate/SR) terbaik serta menekan populasi patogen. Sementara itu, SR udang kontrol jauh lebih rendah.
“Hasil ini menegaskan MS sebagai strategi preventif yang efektif dan stabil, bahkan dalam kondisi lingkungan buruk,” tambahnya.
Munti yakin bahwa inovasi sel terenkapsulasi berbasis nanoteknologi ini memiliki potensi sebagai strategi manajemen pakan yang lebih efektif. Integrasi pendekatan ‘omics’ dan teknologi nano akan memperkuat pengembangan akuakultur regeneratif yang berbasis bukti ilmiah, adaptif, dan berkelanjutan.
***
Foto utama: ©KKP



