Prof. La Ode M. Aslan

Oleh: Prof. La Ode M. Aslan, Peneliti Rumput Laut; Dosen Jurusan Budidaya Perairan, Universitas Halu Oleo

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan pemerintah merupakan langkah strategis dalam mempercepat penurunan angka stunting (kerdil), gizi buruk, dan anemia pada anak usia sekolah. Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan sumber pangan nasional yang bergizi tinggi, terjangkau, dan berkelanjutan. Rumput laut, sebagai salah satu kekayaan hayati pesisir Indonesia, memiliki potensi luar biasa dalam mendukung ketahanan pangan dan gizi nasional.

Namun, hingga saat ini, rumput laut belum dimanfaatkan secara optimal sebagai bagian dari program pangan nasional, baik sebagai pangan bergizi (PG) maupun sebagai pangan fungsional (PF). Oleh karena itu, diperlukan kajian akademik untuk menilai mana yang lebih relevan dan prioritas dalam konteks keberhasilan program makan bergizi gratis.

Apa itu pangan bergizi dan pangan fungsional?

Dalam buku Introduction to Human Nutrition (edisi ke-2) dan Understanding Nutrition (edisi ke-16) telah mendefinisikan pangan bergizi (nutritious food) sebagai pilihan makanan yang mendukung kesehatan tubuh secara optimal, melalui pasokan energi dan zat gizi penting yang dibutuhkan untuk fungsi fisiologis sehari-hari maupun pertumbuhan jangka panjang. 

Zat gizi ini mencakup dua hal, yakni makro dan mikro. Zat gizi makro dibutuhkan dalam jumlah besar, yang mencakup karbohidrat, protein, dan lemak sehat untuk energi, struktur dan fungsi tubuh). Sementara zat gizi mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil, tetapi sangat penting untuk fungsi tubuh. Zat gizi mikro yang mencakup vitamin, mineral seperti zat besi untuk mencegah anemia, yodium untuk fungsi tiroid, kalsium untuk tulang, serta seng/zinc untuk menyembuhkan luka dan kekebalan tubuh. 

Selain zat gizi makro dan mikro, serat dan air serta kualitas diet yang mengutamakan makanan bergizi dan seimbang dari kelompok utama makanan juga masuk dalam bagian dari PG ini. Oleh karena itu, PG penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, konsentrasi dan prestasi belajar, kekebalan tubuh terhadap penyakit dan pencegahan stunting, anemia, dan obesitas.

Berdasarkan uraian dua buku di atas, pangan fungsional (functional foods) didefinisikan sebagai makanan—baik alami maupun yang telah diperkaya—yang mengandung komponen bioaktif yang menyediakan manfaat kesehatan tambahan di luar fungsi gizi dasarnya—dengan mengandung zat non gizi (like phytochemicals) yang mendukung kesejahteraan lebih besar daripada yang disediakan oleh nutrien standar . 

Ciri utama PF mengandung komponen fungsional aktif seperti antioksidan, serat larut, probiotik, prebiotik, fitokimia, peptida bioaktif, omega-3, dan polisakarida laut. Fungsi kesehatan dari PF ini antara lain mengurangi risiko penyakit jantung, membantu penderita diabetes, mencegah kerusakan sel dan penuaan dini, dan menghambat pertumbuhan sel abnormal. Singkatnya PF adalah pangan yang memberikan manfaat kesehatan tambahan di luar gizi dasar. Konsumsi rutin dapat membantu mencegah penyakit tidak menular (diabetes, hipertensi, kanker, dll) dan meningkatkan kualitas hidup.

Rumput laut sebagai pangan bergizi sekaligus fungsional 

Rumput laut, seperti jenis Kappaphycus alvarezii, Gracilaria, Eucheuma, Caulerpa spp. dan Ulva lactuca, merupakan sumber pangan yang kaya dengan mikronutrien penting seperti yodium, zat besi, kalsium, magnesium, dan vitamin A, C, E, protein nabati dalam jumlah cukup tinggi. Dalam konteks gizi dasar, rumput laut dapat menggantikan sebagian sayur mayur atau protein nabati dengan biaya rendah. Potensinya sebagai makanan lokal dan nasional yang bergizi tinggi sangat relevan untuk sekolah-sekolah di wilayah perkotaan, pesisir dan kepulauan. 

Beberapa senyawa bioaktif rumput laut seperti fucoidan, bersifat imunostimulan dan antiinflamasi. Selain itu, sulfated polysaccharides berpotensi menurunkan kadar gula dan kolesterol darah termasuk prebiotik alami yang mendukung kesehatan mikrobiota usus.

Baca juga:
1. Rumput laut jadi andalan blue food
2. Indonesia promosikan potensi rumput laut di konferensi kelautan dunia (UNOC)
3. Garam rumput laut rendah natrium, solusi mengatasi hipertensi di Indonesia

Salah satu kelebihan utama dari rumput laut adalah memiliki kadar serat yang tinggi. Serat dari rumput laut penting dalam program MBG karena banyak pelajar saat ini dan mengalami defisiensi serat, yang dapat menyebabkan sembelit kronis, gangguan mikrobiota usus dan risiko obesitas dan diabetes sejak dini. Dari beberapa penelitian, rumput laut jenis Ulva (Gómez-Ordóñez et al. (2010) dan Caulerpa sp. (Paul et al. (2014), Susanto et al., (2020), pada keduanya mengandung serat larut dalam jumlah cukup tinggi (2,5–3,5%), yang jarang ditemukan pada bahan pangan murah lainnya.

Serat ini membantu dalam mengefisiensikan energi dan rasa kenyang karena frekuensi makan terbatas pada program MBG. Serat juga menjaga kadar gula darah stabil, menurunkan kolesterol jahat (LDL), dan mendukung penyerapan mikronutrien lain, serta mendukung sistem imun anak dan mengurangi infeksi saluran cerna, yang sering menjadi penyebab malnutrisi.

Rumput laut  Caulerpa spp., selain Ulva spp., merupakan sumber pangan yang kaya serat pangan (dietary fiber) yang dapat mendukung pencernaan sehat, dan memiliki mikronutrien penting. Hasil penelitian Prof. Nurjanah dan tim, berjudul Perubahan Komponen Serat Rumput  Laut Caulerpa sp. (dari Tual, Maluku) Akibat Proses Perebusan yang dimuat di Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis (2018) menunjukkan temuan yang menarik. Caulerpa sp. tidak mengalami penurunan signifikan dari aspek kadar serat baik dalam keadaan segar maupun setelah direbus. Serat pangan total sebelum direbus 43,97±0,38% dan setelah direbus menjadi 40,17±0,52%.

Serat rumput laut termasuk pangan fungsional, tetapi dapat juga menjadi bagian dari pangan bergizi tergantung konteks penggunaannya. Alasannya adalah:

  1. Serat rumput laut sebagai pangan fungsional. Serat dari rumput laut seperti Kappaphycus, Ulva, Sargassum, dan Caulerpa termasuk serat larut dan tidak larut yang berfungsi menurunkan kadar kolesterol, mengontrol gula darah, meningkatkan kesehatan pencernaan, dan memberi efek prebiotik. Komponen seperti alginat, agar, karagenan, dan selulosa dalam rumput laut berfungsi sebagai serat fungsional yang membantu kesehatan saluran cerna dan metabolisme. Jadi, serat dari rumput laut adalah komponen pangan fungsional karena memberikan manfaat kesehatan tambahan di luar nilai gizinya.
  2. Serat rumput laut sebagai bagian dari pangan bergizi. Serat dari rumput laut juga dapat dimasukkan sebagai komponen dalam pangan bergizi, meskipun fungsinya lebih ke kesehatan pencernaan daripada zat gizi langsung. Serat tetap dianggap bagian dari komposisi pangan bergizi yang seimbang menurut panduan diet modern. WHO dan FAO menyarankan asupan serat yang cukup sebagai bagian dari pola makan bergizi untuk mencegah obesitas, diabetes, dan gangguan metabolik. 
Suplai rumput laut yang berkualitas dapat bersumber dari hasil budidaya. ©KKP

Suplai rumput laut yang berkualitas dapat bersumber dari hasil budidaya. ©KKP

Di tengah maraknya pola konsumsi pangan anak anak kita saat ini yang cenderung tidak sehat, tidak bergizi, berlemak, bergaram dan berkadar gula yang tinggi maka asupan gizi dari rumput laut menjadi solusi terbaik. Komoditas ini murah, suplai lancar  dan dapat ditemukan di seluruh perairan Indonesia. Caulerpa dan Ulva merupakan dua dari tujuh jenis rumput laut yang sudah dapat dibudidayakan di Indonesia

Analisis strategis PG vs PF dan integrasi dengan program MBG

PG fokus pada pemenuhan kebutuhan zat gizi makro dan mikro sedangkan PF pada pencegahan penyakit degeneratif dan gangguan metabolik. Terkait dengan program MBG, PG sangat penting untuk mendukung menu MBG, sedangkan PF sebagai pelengkap. Dari level kesiapan integrasi, PG termasuk berkategori /berlevel tinggi karena dapat langsung dikonsumsi atau dimasak sebagai bagian menu sedangkan dengan PF berkategori sedang karena butuh inovasi produk dan edukasi lanjutan. Contoh produk-produk PG: lalapan urap latoh/lawi lawi, sup rumput laut, nasi rumput laut, tumisan, mie rumput laut dan cendol, sedangkan contoh untuk PF adalah teh rumput laut, jelly, dan snack prebiotik rumput laut.

Rekomendasi kebijakan

Beberapa kebijakan yang perlu dilakukan antara lain: mengintegrasikan rumput laut sebagai bahan pangan utama dalam program Makan Bergizi Gratis di daerah pesisir dan kepulauan; menyusun panduan teknis menu sekolah berbasis rumput laut sesuai prinsip gizi seimbang; mendorong pengembangan pangan gizi dan pangan fungsional berbasis rumput laut melalui kemitraan UMKM, sekolah kejuruan pangan, dan di perguruan tinggi, khususnya Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Fakultas atau Jurusan Teknologi Pangan; bekerjasama baik dengan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) di level nasional dan BRIDA (Badan Riset dan Inovasi Daerah) di level provinsi; serta mengembangkan kampanye edukasi publik dan kurikulum sekolah mengenai manfaat gizi dan fungsional rumput laut. 

Suplai produk rumput laut yang berkualitas dan bergizi dan sehat dilakukan dengan mengintensifkan budidaya rumput laut yang dilakukan melalui riset terapan melalui Jurusan Budidaya Perairan yang ada di masing-masing FPIK di tiap Perguruan Tinggi

Kesimpulan

Rumput laut memiliki dua peran penting, sebagai pangan gizi dan pangan fungsional. Namun dalam konteks Program Makan Bergizi Gratis, pemanfaatannya sebagai pangan gizi harus diprioritaskan. Fungsi fungsionalnya dapat dikembangkan sebagai pelengkap inovatif dan strategi kesehatan jangka panjang. Oleh karena itu, integrasi rumput laut dalam kebijakan pangan nasional bukan hanya rasional, tetapi juga mendesak dan strategis.
***

Editor: Asep Bulkini