Penggunaan probiotik semakin populer di kalangan petambak udang, karena manfaatnya yang mampu menjaga kualitas air serta meningkatkan kesehatan udang melalui perbaikan sistem pencernaan. Apalagi di saat kondisi lingkungan semakin tidak menentu, yang menyebabkan risiko budidaya jadi lebih besar, penggunaan probiotik semakin luas. Meski begitu, setiap petambak memiliki pendekatan tersendiri dalam mengaplikasikan probiotiknya. Umumnya petambak menyesuaikan dengan jenis probiotik dan metode budidayanya.
Menurut CEO PT Agung Sakti Algipro (ASA), Agung Wijayanto, penggunaan probiotik di tambak bisa menggunakan dua pendekatan utama, yakni jenis probiotik dan fase budidayanya. Dalam 30 hari pertama budidaya, biasanya dikenal dengan fase kritis karena PL udang mendapati perubahan lingkungan yang signifikan dari hatchery yang terkontrol ke dalam tambak yang terbuka.
Sehingga pada fase ini, penting bagi petambak untuk membentuk lingkungan tambak yang nyaman bagi udang melalui pemberian probiotik untuk air, untuk menekan bakteri-bakteri pengganggu seperti dari kelompok Vibrio. Setelah udang melewati fase kritis tersebut, barulah probiotik diperuntukkan untuk membantu mendorong pertumbuhan udang.
Ciptakan lingkungan yang nyaman
Menurut Agung, untuk menciptakan media budidaya yang nyaman bagi PL selama 30 hari pertama, petambak memberikan probiotik sejak sebelum tebar. Kemudian setelah benur masuk kolam, pemberian probiotik dilakukan secara berkala. Misalnya selama 5 hari sekali. Tujuan pemberian probiotik pada masa ini adalah untuk mereduksi potensi dominasi bakteri negatif seperti Vibrio. Agung sendiri biasanya menggunakan probiotik yang diaplikasikan pada air pada fase tersebut dengan dosis sekitar 1-3 ppm saja.
Dorong pertumbuhan udang
Setelah melewati masa kritis 30 hari, fokus penggunaan probiotik beralih ke peningkatan pertumbuhan udang. Tentunya dengan tetap memerhatikan keseimbangan bakteri di dalam tambak, Pada fase ini, probiotik tidak hanya diperlukan untuk menjaga lingkungan tambak, tetapi juga mendukung kesehatan udang secara langsung agar mereka bisa tumbuh optimal.
Aplikasi probiotik pada tahap pembesaran ini dapat dilakukan melalui pakan. Sementara pemberian probiotik melalui air biasanya hanya dilakukan jika ada indikasi penyakit seperti White Feces Disease (WFD).
Agung merekomendasikan pemberian probiotik pada pakan dengan dosis 15 ml/kg pakan yang diberikan. Untuk meningkatkan efektivitasnya, sebaiknya aplikasi dilakukan pada pakan yang akan diberikan pada pagi dan sore, di mana transisi suhu di kolam sering terjadi. Menurutnya, perubahan suhu acap kali membuat bakteri menjadi lebih aktif.
Sementara untuk meningkatkan imunitas udang saat terjadi ada indikasi penyakit, ia merekomendasikan penggunaan probiotik di air dengan dosis 1-3 ppm, selama minimal lima hari sambil dilihat perkembangan kesehatannya. Jia probiotik yang diberikan tepat, udang biasanya akan kembali sehat setelah perlakuan tersebut.
ALGI-Pro lengkapi kebutuhan probiotik Anda
Menurut Agung, perusahaannya menyediakan produk-produk probiotik untuk dua strategi aplikasi tadi. Ia memiliki produk ALGI-Pro A untuk masa-masa awal budidaya, dan ALGI-Pro B untuk fase optimasi pertumbuhan udang. Selain itu, ASA juga memiliki produk ALGI-PRO+, produk ini berisi starter probiotik dengan densitas yang lebih tinggi. Produk ini cocok bagi petambak yang memiliki tambak dengan ukuran-ukuran kolam yang luas, kemudian mengkultur sendiri probiotik starter tadi, sehingga pemberian probiotik tetap efisien.
Produk-produk ALGI-Pro dijual dan didistribusikan melalui PT Sakti Biru Indonesia. Pesan dan dapatkan informasi lebih lengkap tentang produk ALGI-Pro melalui nomor WhatsApp berikut: +62 895 4065 30178