Tak dapat dipungkiri bahwa Indonesia memiliki potensi ekonomi yang sangat besar dari sektor ikan hias. Dengan keunggulan biodiversitas yang tinggi, Indonesia memiliki banyak jenis ikan hias yang memiliki nilai ekonomi dan potensial untuk diikembangkan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa ekspor ikan hias Indonesia terus meningkat rata-rata 6,11 persen selama 2017 – 2021. Pada tahun 2021, ekspor ikan hias Indonesia mencapai USD34,55 juta, dengan beberapa negara tujuan utama antara lain Jepang, Hongkong, AS, Vietnam, China, dan Singapura.
Potensi ikan hias tersebut disampaikan oleh Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Perikanan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nur Hidayat, dalam acara webinar Serba Serbi Ikan Hias yang diadakan oleh Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (DKPKP) DKI Jakarta, Kamis (22/12). Menurutnya nilai ekspor ikan hias dari Indonesia masih didominasi oleh spesies lokal Arwana. Nilai ekspor Arwana pada tahun 2021 mencapai USD7,37 juta atau 21 persen dari total nilai ekspor.
Nurhidayat menyampaikan bahwa pada tahun 2021, produksi ikan hias Indonesia mencapai 1,9 miliar ekor. Jumlah produksi ini diproyeksikan akan terus meningkat hingga 2,3 miliar ekor pada tahun 2024. Dan untuk mencapai target tersebut, pemerintah di bawah tanggung jawab Ditjen PB memiliki enam strategi yang dirangkum dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) Ikan Hias 2021 – 2024.
Baca juga: Produk-produk rumput laut Indonesia dipamerkan di Eropa
Keenam strategi RAN tersebut antara lain peningkatan produksi dan mutu ikan hias; peningkatan dukungan transportasi; peningkatan perdagangan dan promosi ikan hias; konservasi jenis dan habitat ikan hias asli Indonesia, peningkatan keterpaduan data dan informasi, peningkatan kawasan dan penegakan hukum, hingga pelaksanaan sosialisasi dan edukasi publik.
Optimalkan pemasaran melalui media online
Spesifik pada strategi marketing ikan hias, Founder Ondofish Restya Naufal, dalam acara yang sama menjabarkan beberapa cara melakukan pemasaran ikan hias dan produk pendukungnya melalui media online. Menurutnya, pemasaran produk-produk ikan hias melalui media online, baik berupa aplikasi pesan seperti Whatsapp, media sosial, marketplace, maupun website, bisa meningkatkan margin penjualan karena dapat memperpendek rantai nilai menuju konsumen akhir, yang sebelumnya banyak diisi oleh perantara (middle man).
“Semua platform kita masuki. ita gak perlu investasi banyak. Untuk mulai (usaha) asal ada produk, ada barang yang diproduksi bisa langsung jualan. Karena Ondofish sendiri tempatnya agak pelosok juga,” terang millennial lulusan IPB University ini. Ia juga mengatakan bahwa 96 persen penjualan di tokonya sudah dilakukan secara online.
Untuk memulai penjualan online ikan hias maupun produk-produk pendukungnya seperti tanaman air, pakan, juga alat-alat kualitas air, bisa dilakukan dengan membuat katalog sederhana dan daftar harga yang bisa diakses dan diperbarui secara online. Hal ini bisa menghemat banyak waktu untuk penawaran dan pemasaran. Bahkan jika ingin lebih advanced lagi, kata Naufal, bisa sekaligus dibuatkan daftar Q&A (Question and Answer), terutama untuk penjualan yang memerlukan reseller.
Selain itu, ia juga menyarankan untuk melakukan riset pasar terlebih dulu produk atau spesies apa yang sedang tren dan dicari para pehobi, serta seperti apa karakter konsumennya. Hal tersebut penting untuk menentukan produk yang tepat yang akan dijual dan pilihan media sosial yang tepat.
Sementara untuk mengoptimalkan pemasaran dengan model bisnis B2B (business to business), Naufal menyarankan untuk mendata toko-toko ritel ikan hias yang ada di Google. Nama-nama toko tersebut umumnya dilengkapi dengan nomor telepon yang dapat digunakan untuk melakukan pendekatan dan pemasaran produk yang akan dijual. “Dengan memanfaatkan teknologi, kita bisa benar-benar mengurangi banyak waktu,” pungkasnya.