Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah mengembangkan jejaring perbenihan ikan nasional ikan nila, termasuk nila salin, sebagai salah satu upaya meningkatkan produksi komoditas tersebut di tahun 2024.
“Untuk bisa mencapai target produksi ikan nila nasional tahun 2024, salah satu upayanya dengan terus membangun jejaring bisnis dan distribusi induk dan benih berkualitas,”ungkap Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu.
Tebe menyampaikan, modeling budidaya ikan nila salin berbasis kawasan seluas 80 hektar telah siap beroperasi di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat. Kawasan percontohan tersebut dibangun di lahan bekas tambak udang yang sudah tidak produktif. Dengan pendekatan kolam-kolam berbasis daratan (land based), ia berharap percontohan tersebut selain memberi keuntungan finansial, juga secara ekologi dapat berkelajutan, sehingga bisa diduplikasi di daerah lain.
Namun salah satu tantangan besar dalam pengembangan budidaya nila salin di Indonesia adalah ketersediaan benih yang berkualitas. Karenanya, pemerintah pusat perlu berkolaborasi dengan pemerintah daerah, peneliti, swasta, akademisi, serta stakeholder lain seperti Unit Pembenihan Rakyat (UPR).
Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Perbenihan KKP, Nono Hartanto. Menurutnya ada beberapa tantangan dalam pengembangan budidaya ikan nila salin. Antara lain ketersediaan induk dan benih berkualitas, serta keterbatasan jumlah unit pembenihan yang sudah tersertifikasi Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB).
Baca juga: Bioflok nila hemat, tanpa tambahan probiotik dan molase
“Beberapa upaya telah KKP lakukan dalam pengembangan budidaya ikan nila salin. Pertama, menggencarkan pemuliaan ikan nila salin. Kedua, mendorong unit pemulia untuk melakukan pelepasan ikan nila varietas baru. Ketiga, menguatkan jejaring perbenihan ikan nila khususnya nila salin, serta peningkatan sertifikasi CPIB,” jelas Nono.
Nono juga mengajak para pemulia induk dan pembenih ikan nila salin untuk saling bekerjasama, sehingga pembudidaya bisa mendapatkan induk dan benih unggul.
Peran perguruan tinggi
Sementara itu, Guru Besar IPB University, Prof Alimuddin menyatakan perguruan tinggi siap bersinergi dalam mengembangkan teknologi pembenihan dan pembesaran nila salin.
“Dengan kita semua berkomitmen baik dari swasta maupun dari Unit Pembenihan Rakyat dalam peningkatan produksi induk dan benih ikan nila. Maka harapan kita semua akan tercapai dalam peningkatan kembali produktivitas tambak-tambak idle, seperti di wilayah Pantura Jawa,” ungkap Alimuddin.
“Selain produksi induk dan benih ikan nila yang toleran salinitas tinggi, perlu juga memerhatikan sarana dan prasarana seperti kincir. Penggunaan kincir sebagai alat bantu untuk meningkatkan kadar oksigen dalam air. Stres pada ikan nila salah satunya dapat disebabkan oleh kurangnya asupan oksigen. Jika ikan nila mengalami stres, maka akan menyebabkan daya tahan tubuh ikan nila menurun. Sehingga, ikan nila bisa rentan terkena penyakit,” jelasnya.
Baca juga: Sejarah ikan nila: Dari mujair hingga strain unggul lokal (Part 1)
Peran swasta
Sementara itu, Fauzul Mubin, Head Operation Freshwater Fish Hatchery PT. Suri Tani Pemuka menyampaikan bahwa pihaknya siap mendukung program pemerintah dalam pengembangan budidaya ikan nila salin, terutama di tambak-tambak mangkrak di Pantura Jawa.
“PT Suri Tani Pemuka secara konsisten mengoperasikan hatchery ikan air tawar, terutama saat ini kita fokus pada hatchery ikan nila. Kami akan berkomitmen dan terus fokus dalam penyediaan benih ikan nila dengan kualitas terbaik untuk kemajuan semua pembudidaya ikan nila di Indonesia,” ujar Fauzul.
Menurutnya, pihaknya juga aktif berkolaborasi dengan perguruan tinggi di dalam dan luar negeri, dalam mengembangkan induk nila unggul. Ia berharap upaya tersebut dapat berkontribusi terus dalam mendukung program pemerintah untuk pengembangan teknologi pembenihan dan pembesaran ikan nila salin.
***
Foto: KKP