Permintaan terhadap produk perikanan terus meningkat seiring tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat. Kebutuhan ini, terutama dari sektor budidaya, secara langsung ikut mendorong permintaan akan pakan. Pakan merupakan input utama dalam kegiatan budidaya sekaligus komponen biaya terbesar yang dapat mencapai 60–70 persen dari total biaya produksi.
Besarnya kebutuhan pakan dan biaya yang dikeluarkannya, mendorong berbagai eksplorasi sumber bahan baku alternatif yang potensial dan lebih efisien. Antara lain seperti bahan baku hasil samping pertanian, limbah industri agrokompleks dan perkebunan, tanaman air dan leguminosa, insekta, hingga moluska.
Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Yuli Andriani dalam orasi ilmiahnya saat pengukuhan sebagai guru besar Universitas Padjadjaran, Selasa (22/7), dengan judul Urgensi penyediaan pakan dalam kegiatan budidaya perikanan.
Fermentasi jadi kunci
Menurut Yuli, ketersediaan pakan merupakan salah satu faktor kunci dalam mendukung peningkatan produksi budidaya. Penggunaan bahan baku alternatif, dari berbagai hasil samping tadi, berpotensi menekan biaya produksi sekaligus mengurangi pencemaran lingkungan. Namun demikian, pengembangannya masih menghadapi banyak kendala.
Baca juga: Bagaimana mengurangi jejak karbon di industri pakan akuakultur
“Hal ini menjadi peluang sekaligus tantangan, mengingat penggunaan bahan baku alternatif masih menghadapi beberapa kendala, seperti rendahnya kandungan gizi, terdapatnya antinutrisi, kandungan serat kasar tinggi, risiko kontaminasi mikroba, serta ketersediaannya yang musiman,” ujar Yuli.
Untuk menyiasati tantangan tersebut, berbagai upaya telah dilakukan oleh para pemangku kepentingan dengan meningkatkan kualitas bahan baku alternatif, baik melalui proses fisik, kimiawi, maupun biologis. Menurut Yuli, pendekatan biologis melalui teknologi fermentasi merupakan metode yang paling umum dan efektif digunakan sejauh ini.
“Melalui proses ini, senyawa kompleks akan diuraikan menjadi bentuk yang lebih sederhana dengan bantuan mikroorganisme, sehingga dapat meningkatkan kecernaan, memperbaiki kualitas nutrisi, menurunkan serat kasar, memperkaya vitamin dan mineral, memperbaiki aroma dan palatabilitas, serta meningkatkan daya simpan bahan pakan,” katanya.
Meningkatkan performa budidaya
Dalam banyak penelitian tentang fermentasi bahan baku alternatif, hasilnya menunjukkan perbaikan performa nutrisi pakan. Selain itu, fermentasi juga dapat memperkecil ukuran dan jarak partikel, meningkatkan aroma, dan mengubah pola aktivitas enzimatis pada saluran pencernaan ikan.
“Uji biologis menunjukkan bahwa penggunaan produk fermentasi dalam formulasi pakan ikan menghasilkan performa pertumbuhan yang baik pada beberapa jenis ikan air tawar, seperti ikan mas, lele sangkuriang, nila, dan gurame. Penambahannya terbukti mampu meningkatkan laju pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan, tingkat kelangsungan hidup, serta mendukung aktivitas penyerapan pakan yang lebih efisien.”
Dalam penghujung orasinya, Yuli menyimpulkan bahwa pemanfaatan limbah organik memiliki potensi besar untuk mendukung ketersediaan pakan dalam kegiatan budidaya perikanan di Indonesia. Limbah organik, yang selama ini hanya dipandang sebagai bahan sisa, dapat diolah kembali menjadi bahan pakan alternatif dengan mutu nutrisi, kecernaan, dan palatabilitas yang baik.
“Melalui upaya ini, diharapkan pertumbuhan ikan dapat tercapai secara optimal, sekaligus mendukung penerapan prinsip zero waste dengan meminimalkan limbah dan dampak pencemaran lingkungan,” tutup Yuli.
***
Editor: Asep Bulkini
Foto utama: ©Unpad