Penulis: Novi Ariska*
Memiliki pasar yang luas di dalam dan luar negeri, udang vaname (Litopenaeus vannamei) banyak diminati sebagai komoditas yang menjanjikan. Para petambak udang berusaha mengembangkan bisnisnya dengan cara meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Pemilihan jenis pakan dan manajemennya adalah salah satu cara yang umum dilakukan oleh para petambak untuk mencapai hasil produksi yang diinginkan.
Pemberian pakan yang tepat merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam budidaya udang vaname karena berpengaruh pada pertumbuhan dan kesehatan udang.
Berdasarkan hasil riset yang dipimpin oleh Dr. Romi Novriadi dari Politeknik AUP baru-baru ini, pemberian pakan pada udang vaname yang diberi campuran tepung spirulina (Arthospira platensis) mampu meningkatkan pertumbuhan dan kondisi kesehatan udang. Selain itu, penambahan tepung spirulina pada pakan udang dapat mengefisienkan rasio konversi pakan (FCR) dan jumlah hemosit total (THC) yang lebih baik dibandingkan pada pakan tanpa penambahan spirulina (kontrol). Adapun komposisi kimia spirulina terdiri dari protein, asam lemak, pigmen dan vitamin.
Meningkatkan performa pertumbuhan
Penelitian penambahan spirulina pada pakan udang dilakukan dengan menggunakan tiga dosis yang berbeda yaitu 0,2%, 0,4% dan 0,8% SM (spirulina meal) yang diformulasikan ke dengan bahan baku pakan udang lainnya. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian tersebut adalah 60 hari dengan jumlah frekuensi pemberian pakan sebanyak empat kali sehari.
Baca juga: Dosis mineral yang optimal dalam budidaya udang vaname di air tawar
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang cukup signifikan pada performa pertumbuhan udang di setiap perlakuan. Perlakuan 0,4% dan 0,8% SM menghasilkan bobot rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, yaitu 8,57 gram (0,4%) dan 8,73 gram (0,8%). Menariknya, penambahan 0,2% juga menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol (tanpa campuran SM). Bobot rata-rata perlakuan 0,2% yaitu 8,37 gram sedangkan perlakuan kontrol hanya 7,83 gram.
Penambahan SM pada pakan juga memberikan efek yang positif terhadap efisiensi pakan (FCR). Hal itu dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa FCR terbaik dihasilkan dari perlakukan dosis terbesar, yaitu 0,8% SM dengan nilai FCR sebesar 1,5. Sementara, nilai FCR pada perlakuan 0,4% dan 0,2% masing-masing sebesar 1,60 dan 1,64. Sedangkan nilai FCR pada kontrol nya paling tinggi yaitu sebesar 1,75.
Seperti kita ketahui, semakin kecil nilai FCR maka semakin efisien pemberian pakan sehingga dapat menekan biaya produksi. Namun demikian, peneliti juga menuliskan bahwa penambahan SM dalam pakan perlu dipertimbangkan dan dihitung dengan cermat agar kebutuhan asam amino esensial dan asam lemak pada udang tetap terpenuhi dengan baik.
Baca juga: Guru besar UB kenalkan sistem budidaya udang Ecogreen Aquaculture
Meningkatkan sistem kekebalan tubuh udang
Selain berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan udang, penggunaan SM juga dapat meningkatkan sistem kekebalan udang terhadap patogen. Sistem kekebalan tubuh udang dapat dievaluasi melalui pengukuran THC (Total Hemocyte Count). Hemosit merupakan sistem pertahanan seluler yang berperan penting dalam sistem pertahanan non-spesifik udang. Hasil analisis THC menunjukkan adanya peningkatan jumlah hemosit pada semua udang yang diberi pakan berimbuhan spirulina dibandingkan dengan udang pada perlakuan kontrol.
Penambahan SM pada pakan udang juga dapat meningkatkan aktivitas lisozim dan ketahanan udang terhadap infeksi Vibrio alginolyticus. Lisozim adalah salah satu enzim antimikroba yang mengkatalis proses hidrolisis ikatan β-(1,4)-glycosidic yang merupakan bagian dari penyusun dinding sel bakteri (respon imun non spesifik).
Meningkatnya laju pertumbuhan dan performa udang dapat disebabkan oleh kemampuan SM dalam merangsang asupan pakan pada tingkat inklusi yang rendah. Kandungan protein yang tinggi dengan asam amino yang seimbang menjadikan SM sebagai salah satu bahan yang potensial dalam formulasi aquafeed.
Menurut peneliti, penggunaan SM merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk menggantikan penggunaan tepung ikan (fish meal) dalam formulasi pakan udang tanpa menghambat performa udang (pertahanan dan pertumbuhan). Tidak hanya itu, penambahan SM pada pakan udang dapat meningkatkan produktivitas dan profitabilitas yang lebih baik dalam industri udang. Lebih lanjut peneliti menuliskan, evaluasi terhadap tingkat inklusi SM yang optimal yang mendukung efisiensi dan profitabilitas masih memungkinkan untuk dilakukan.
Hasil riset yang sangat menarik karena penggunaan SM sebagai alternatif untuk menggantikan penggunaan FM mempunyai peluang besar untuk bisa diaplikasikan pada pakan udang dengan skala yang lebih besar.
Sumber foto utama: Canva
—
*Novi Ariska telah menulis tentang perikanan sejak tahun 2021 saat bekerja di tim digital marketing untuk konten perikanan. Ia merupakan lulusan S1 Budidaya Perairan IPB University (2020). Novi juga menekuni bisnis di bidang pengolahan hasil perikanan dan freelance kontributor artikel di bidang akuakultur