Prof. Rokhmin Dahuri (RD) kembali terpilih sebagai Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) periode 2025-2030. Rokhmin terpilih secara aklamasi pada Kongres MAI ke-6 yang diadakan di Kampus Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Dipatiukur, Bandung, Sabtu (10/5). 

Forum pemilihan, yang berlangsung secara musyawarah mufakat ini, menilai bahwa guru besar IPB University tersebut masih merupakan sosok yang tepat untuk memimpin MAI, terutama karena kapasitasnya yang mumpuni di sektor akuakultur serta jaringannya yang luas, baik di dalam maupun luar negeri.

Dalam periode yang baru ini, Rokhmin berharap MAI dapat memperkuat kembali perannya sebagai rumah besar bagi asosiasi-asosiasi perikanan budidaya yang ada di Indonesia. Ia juga berharap MAI punya dampak yang lebih luas dengan mendorong penelitian dan pengembangan yang tidak hanya menghasilkan publikasi ilmiah, tetapi juga invensi dan inovasi teknologi di bidang akuakultur. 

Prof. Rokhmin Dahuri (tengah-depan) bersama sebagian peserta kongres MAI ke-6, di kampus Unpad Dipatiukur, Bandung (10/5). ©Rokhmin Dahuri

Prof. Rokhmin Dahuri (tengah-depan) bersama sebagian peserta kongres MAI ke-6, di Kampus Unpad Dipatiukur, Bandung (10/5). ©Rokhmin Dahuri

“Dan (menghasilkan) informasi ilmiah sebagai basis dalam perencanaan dan pengambilan keputusan untuk pembangunan akuakultur berkelanjutan. Antara lain melalui workshop, seminar, konferensi, match-making, dan pengembangan kerja sama pentahelix (pemerintah, masyarakat, akademisi, dunia usaha, dan media),” ujarnya.

Selain itu, Rokhmin juga berharap MAI dapat meningkatkan perannya dalam memberikan masukan maupun kritik yang membangun kepada pemerintah pusat dan daerah, pelaku industri, hingga masyarakat, dalam mendorong pembangunan akuakultur yang berkelanjutan.

Dalam kongres tersebut, forum juga menetapkan Dr. Romi Novriadi, dosen Politeknik Ahli Usaha Perikanan (AUP) Jakarta, sebagai Sekretaris Jenderal, serta Prof. Esti Handayani Hardi, Guru Besar Universitas Mulawarman, sebagai Bendahara Umum. Selain itu, forum menunjuk sebelas orang formatur yang akan menyusun kepengurusan baru.

Prof. Rita Rostika

Prof. Rita Rostika

Ketua panitia kongres, Prof. Rita Rostika, bersyukur kongres dapat berjalan dengan sangat baik dan lancar sesuai dengan AD/ART organisasi. Meski dengan waktu yang terbatas, susunan acara kongres, yang diawali dengan seminar, dapat berjalan sesuai harapan. Menurutnya, terpilihnya kembali Rokhmin Dahuri secara aklamasi sudah dapat diduga karena kapasitasnya mumpuni untuk memimpin MAI.

“Beliau (RD) sosok yang cerdas dan mampu memimpin organisasi yang lumayan beragam dari sisi latar belakang. Juga selalu mendorong anggotanya untuk menggapai kesuksesan yang lebih dari apa yang sudah dicapai sekarang, terutama di bidang budidaya,” ujarnya.

Payung asosiasi teknis

Ketua Umum Shrimp Club Indonesia (SCI), Prof. Andi Tamsil, menyambut baik terpilihnya kembali RD sebagai Ketua Umum MAI. Ia bersyukur RD bersedia menerima kembali tugas tersebut, meski di tengah kesibukannya menjalani berbagai peran, mulai dari akademisi, peneliti, hingga anggota Komisi IV DPR RI.

Dengan kapasitas dan ketokohan RD, Andi berharap MAI bisa menjadi semacam “payung besar” yang mewadahi berbagai organisasi teknis di bidang akuakultur. Ia menilai, keberadaan MAI sangat penting untuk menjembatani berbagai asosiasi dalam menyuarakan dan menyelesaikan isu-isu strategis yang lebih luas.

Prof. Andi Tamsil

Prof. Andi Tamsil

Andi mencontohkan, SCI yang fokus pada aspek teknis budidaya udang sering kali menghadapi keterbatasan dalam menjangkau isu-isu kebijakan. Padahal, masih banyak regulasi yang dianggap tidak relevan, tumpang tindih, bahkan menghambat perkembangan industri budidaya udang di lapangan.

“Selain kami (SCI) tetap berjuang dari sisi teknis, kami juga berharap, dengan ketokohan RD—terlebih sebagai anggota Komisi IV—MAI bisa menjadi jembatan bagi SCI,” ujar Andi.

Lebih jauh, Andi juga berharap MAI dapat memperkuat sektor akuakultur nasional secara menyeluruh agar lebih kompetitif dibanding negara-negara produsen lainnya. Menurutnya, potensi akuakultur Indonesia masih sangat besar, terutama di tengah terus menurunnya produktivitas perikanan tangkap.

“Produksi budidaya kita sebenarnya sudah bagus. Tapi kalau dibandingkan dengan negara seperti Ekuador, Vietnam, Thailand, atau India, kita masih tertinggal jauh. Meski tidak semua bisa ditiru, strategi mereka dalam memajukan industri perlu kita pelajari,” katanya.
***

Editor: Asep Bulkini