Dalam rangka memperingati Hari Ikan Nasional (21 November), Regal Springs Indonesia (PT Aqua Farm Nusantara) bersama U.S. Soybean Export Council (USSEC) menyelenggarakan forum diskusi bertajuk “Indonesia Tilapia Blue Food”. Dengan tema “Tilapia: Sumber Protein untuk Ketahanan Pangan dan Pasar Global”, Kamis (28/11). Acara ini bertujuan meningkatkan kesadaran akan pentingnya ikan sebagai sumber protein berkualitas tinggi yang berkontribusi pada ketahanan pangan nasional sekaligus pasar global.

Sebagai salah satu produsen ikan tilapia premium yang berkomitmen pada keberlanjutan, Regal Springs Indonesia menekankan pentingnya kolaborasi untuk membangun pemahaman publik tentang potensi ikan tilapia. Ikan ini tidak hanya kaya protein, tetapi juga merupakan pilihan pangan bergizi tinggi yang dapat mendukung pengembangan sumber daya manusia di Indonesia.

Forum ini dirancang sebagai wadah berbagi pengetahuan, menggali potensi, dan mengatasi tantangan dalam industri tilapia, baik di tingkat nasional maupun global. Dengan menghadirkan berbagai pemangku kepentingan utama, acara ini diharapkan mendorong sinergi untuk memperkuat peran ikan tilapia dalam sistem pangan dunia.

Rudolf Hoeffelman, Presiden Direktur Regal Springs Indonesia, menjelaskan bahwa forum ini bertujuan sebagai upaya bersama dalam meningkatkan kualitas gizi generasi mendatang, dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi.

“Ikan tilapia, dengan kandungan protein berkualitas tinggi dan nutrisi penting lainnya, bukan sekadar makanan. Ini adalah fondasi bagi masa depan yang lebih sehat, lebih kuat, dan sumber daya penting untuk membangun generasi emas tahun 2045,” ujar Rudolf.

Ia juga menambahkan bahwa saat ini tilapia merupakan salah satu komoditas ekspor utama di sektor perikanan yang terus meningkat. “Untuk memenuhi permintaan serta standar pasar internasional itulah kami berkomitmen untuk memastikan produk ikan tilapia kami dibudidayakan dan diproduksi selaras dengan prinsip cara budidaya ikan yang baik,” jelasnya.

Baca juga: Sejarah ikan nila: Menuju komoditas unggul di Indonesia 

Komoditas unggulan

Dalam acara tersebut, Erwin Dwiyana, Direktur Pemasaran Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan menekankan bahwa ikan tilapia menjadi komoditas yang strategis.

“Ikan tilapia menjadi ikan yang paling banyak dibudidayakan di dunia setelah ikan mas. Tidak hanya kaya akan omega dan nutrisi penting lainnya, tetapi juga memberikan kontribusi besar pada pemenuhan gizi masyarakat dan peningkatan devisa negara,” kata Erwin.

Lebih lanjut, Erwin menjelaskan bahwa serapan ikan tilapia mencapai 1,43 juta ton pada tahun 2023. Sementara ekspor tilapia Indonesia pada tahun yang sama mencapai 11.166 ton dengan nilai USD 81,77 juta. Pertumbuhan nilai ekspor pada periode 2017-2023 mencapai 6,7%. “Untuk menjadi pemain sukses di pasar global, sinergi dan kolaborasi yang solid dari hulu hingga hilir menjadi sangat penting,” tambahnya.

Senada dengan Erwin, Ujang Komarudin, Direktur Ikan Air Tawar, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, mengungkapkan bahwa tilapia saat ini menjadi salah satu dari lima komoditas unggulan Kementerian Kelautan dan Perikanan. “Ini adalah peluang besar untuk mendukung ketahanan pangan nasional sekaligus memperkuat posisi Indonesia di pasar global,” ujarnya.

Sementara itu, Prof. Rokhmin Dahuri, Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) sekaligus Anggota Komisi IV DPR RI, turut memberikan pandangan mengenai peran tilapia dalam sistem pangan global. “Indonesia merupakan produsen ikan tilapia terbesar kedua di dunia setelah Cina. Industri tilapia memiliki multiplier effect yang besar, mulai dari penciptaan lapangan kerja hingga peningkatan kesejahteraan masyarakat,” jelasnya.

Diskusi forum ini juga menghadirkan berbagai pemangku kepentingan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (Bappenas), Food Agriculture Organization (FAO), IPB University, Universitas Sumatera Utara, dan perwakilan industri lainnya. Diskusi ini diharapkan dapat mendorong sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan akademisi untuk memperkuat sektor perikanan Indonesia.

***

Foto: Regal Springs