Pameran dan konferensi Asian-Pacific Aquaculture (APA) 2024 di Surabaya beberapa waktu lalu, menjadi momentum penting bagi Biomed Agritech untuk mengenalkan produk andalannya, Digital PCR bermerk ShrimpPath dPlex, yang dapat digunakan untuk mendeteksi udang lebih dini. Digital PCR dengan kitnya tersebut merupakan terobosan teknologi yang mampu menganilisa sedikitnya tujuh jenis patogen udang dalam sekali pengujian yang komprehensif. Teknologi ini adalah yang pertama di Indonesia.

“Saat ini, budidaya udang di Indonesia sedang tidak dalam kondisi yang baik. Segala ancaman jenis penyakit memasuki wilayah pembudidaya dan mengakibatkan kerugian yang signifikan. Hal ini tentu menjadi salah satu faktor yang perlu dicegah dan diperhatikan secara intensif demi kelangsungan produksi yang maksimal,” ujar  perwakilan Biomed Agritech Shadiqa Malahayati

Tim SBI menjelaskan produk Digital PCR kepada pengunjung. ©SBI

Tim SBI menjelaskan produk Digital PCR kepada pengunjung. ©SBI

Menurut Shadiqa, ShrimpPath dPlex menawarkan akurasi dan sensitivitas tinggi untuk kuantifikasi absolut tingkat patogen yang dapat digunakan pada sampel udang, larva, air dan tanah. 

Kit ini juga menggunakan algoritma AI yang telah dipatenkan untuk menganalisis data. Hal ini membuat pengujian lebih dari sekadar menghitung jumlah patogen. Hasilnya dapat memberikan informasi prediktif dan menganalisis tren serta pola patogen, sehingga bisa memperkirakan kemungkinan terjadinya wabah penyakit.

Informasi prediktif ini memungkinkan petambak untuk mengambil tindakan lebih awal, seperti mengubah cara memberi makan atau mengatur kondisi lingkungan, untuk mengurangi risiko dan menjaga kesehatan udang mereka.”

“Kemampuan prediktif ini memungkinkan petambak untuk menerapkan strategi pencegahan (penyakit) sejak dini. Antara lain seperti menyesuaikan pola pemberian pakan atau mengatur kondisi lingkungan, untuk mengurangi risiko dan memastikan kesehatan populasi udang mereka,” tambahnya. 

Melalui APA2024, ia mendapat peluang untuk mengenalkan instrumen alat deteksi dini tersebut kepada para pemangku kepentingan di sektor perikanan. Shadiqa dan tim mendapatkan antusiasme para pengunjung yang penasaran dan ingin mengenal lebih jauh produk tersebut. 

Kunjungan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, dan Dirjen Budidaya, Tb Haeru Rahayu, ke booth Biomed Agritech dan Sakti Biru Indonesia di APA2024. ©SBI

Kunjungan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, dan Dirjen Budidaya, Tb Haeru Rahayu, ke booth Biomed Agritech dan Sakti Biru Indonesia di APA2024. ©SBI

“Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Menteri Kelautan dan Perikanan atas kunjungannya ke booth kami dan ketertarikannya pada produk kami. Setelah konferensi ini, kami berharap dapat menjangkau pasar yang lebih luas di Indonesia dan internasional melalui hubungan yang terbentuk di APA2024,” ungkapnya.

Gandeng Sakti Biru Indonesia untuk perluas pasar

Untuk memaksimalkan potensi pemasaran dan penjualan di Indonesia, Biomed Agritech bekerjasama dengan PT Sakti Biru Indonesia (SBI) sebagai distributor tunggal di Indonesia. Sakti Biru Indonesia, yang merupakan bagian dari PT. Kedaulatan Pangan Pertiwi (KPP), berfokus pada optimasi hulu-hilir budidaya udang. Dengan mengusung konsep one-stop solution, SBI menyediakan beragam produk dan layanan pendukung budidaya udang, mulai dari benur, probiotik, pakan, teknologi autofeeder, kincir, PCR, konstruksi tambak, manajemen produksi tambak, hingga konsultasi. 

Menurut Direktur SBI, Suseno, pihaknya memiliki SDM yang berpengalaman mendalam di berbagai segmen dalam rantai bisnis industri udang. Kehadiran produk Digital PCR dari Biomed Agritech akan turut melengkapi lini produk dan layanan yang ditawarkan SBI. 

“Jadi kami tidak hanya melakukan deteksi dini apa yang sedang terjadi di dalam tambak, tapi kami juga menawarkan solusi apa yang perlu dilakukan. Baik dari aspek SOP, maupun produk yang dibutuhkan,” terangnya.

Direktur SBI, Suseno (kiri) bersama tim SBI dan Biomed Agritech pada APA2024. ©SBI

Direktur SBI, Suseno (kiri) bersama tim SBI dan Biomed Agritech pada APA2024. ©SBI

Selain produk unggulan Digital PCR ShrimpPath dPlex, Suseno bersama timnya juga tengah mempopulerkan kembali konsep nursery pond. Di tengah perlunya banyak perbaikan SOP, sistem ini tetap memiliki banyak keunggulan jika diterapkan. Antara lain dapat mengoptimalkan pertumbuhan udang dalam masa transisi yang kritis, dari hatchery ke tambak, melalui manajemen nursery yang lebih terkontrol. Sistem pendederan ini juga memungkinkan benur besar yang dihasilkan sudah lebih siap beradaptasi dengan lingkungan tambak. 

“Keunggulan lainnya dari NP (nursery pond) tentu saja dapat memangkas waktu produksi di tambak, sehingga siklus dalam satu tahun bisa menjadi lebih banyak,” ujar Suseno. 

***