Keberhasilan budidaya udang tidak terlepas dari ketersediaan nutrisi yang lengkap di perairan, termasuk salah satunya adalah mineral. Mineral merupakan senyawa anorganik yang dibutuhkan oleh makhluk hidup termasuk udang untuk mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Baik mineral yang dibutuhkan udang dalam jumlah banyak -makromineral, maupun yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit -mikromineral. 

Kebutuhan makro mineral dan mikro mineral tersebut penting dipenuhi karena memiliki peran penting dalam fungsi fisiologi udang seperti untuk menjaga dan mengatur pH darah, menjaga osmoregulasi, membantu katalisis reaksi biokimia, serta memberikan daya tahan yang baik terhadap penyakit (Porseklvan et al. 2023).

Bahaya kekurangan mineral pada budidaya udang

Dalam acara saresehan petambak udang Jawa Barat (Jabar) dan Banten, yang diadakan oleh Shrimp Club Indonesia (SCI) Jabar-Banten beberapa waktu lalu, Afindee Abru dari INVE Aquaculture menyoroti pentingnya peran mineral bagi udang. Abru menyampaikan bahwa kebutuhan mineral udang yang tidak terpenuhi dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti keram, kulit tipis, luka akibat pembentukan kulit yang tidak sempurna, blue shrimp pada monodon, dan molting yang tidak sempurna, yang dapat meningkatkan risiko kanibalisme di kolam.

Menurut Arfindee, “Saat terjadi molting masal, maka kebutuhan mineral udang juga akan meningkat. Namun mineral yang dibutuhkan udang tersebut terkadang tidak bisa dipakai atau diserap secara langsung dari lingkungan perairan. Oleh karena itu, biasanya digunakan mineral tambahan yang dapat dicampurkan langsung ke perairan budidaya atau melalui pakan,” jelas Arfindee.

Baca juga: Dosis mineral yang optimal dalam budidaya udang vaname di air tawar

Mineral tambahan ini harus memenuhi kebutuhan makro mineral seperti Calcium (Ca), Magnesium (Mg), Phosphorous (P), Potassium (K), dan Sodium (Na), serta kandungan mikro mineral seperti Zinc (Zn), Copper (Cu), Manganese (Mn), Cobalt (Co), dan Iron (Fe). Magnesium dan Potasium diidentifikasi sebagai mineral utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang (Sharma et al. 2023).  Kekurangan keduanya sering menyebabkan body cramp pada udang. 

“Petambak dapat melakukan pengecekan melalui anco. Ketika anco diangkat mungkin udang terlihat pucat namun ketika dikembalikan udang aktif bergerak itu artinya udang hanya sedikit stress dan shock karena diangkat, dan itu hal yang wajar. Namun, jika setelah diangkat dan dikembalikan ke perairan udang tidak aktif bergerak, dapat dikatakan udang mengalami defisiensi mineral terutama untuk Magnesium dan Potasium” jelas Arfindee.

Cek Anco

Gejala akibat defisiensi mineral pada udang dapat diketahui melalui pengecekan anco. ©Asep Bulkini

Kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan produksi udang juga dipengaruhi oleh rasio Na:K dan Ca:Mg dalam air. Penelitian Sharma et al. (2023) menunjukkan bahwa kandungan mineral seperti Kalsium, Magnesium, Sodium, dan Potasium lebih banyak tersedia pada perairan dengan salinitas tinggi. Perbandingan antar mineral tersebut juga dapat memengaruhi pertumbuhan udang, sebagaimana percobaan yang dilakukan oleh Scabra et al. (2023) yang menyatakan bahwa perbandingan seimbang antara Ca:Mg yaitu 1:1 memberikan hasil terbaik untuk pertumbuhan udang dengan laju pertumbuhan bobot spesifik sebesar 3,9% dan nilai laju pertumbuhan panjang spesifik sebesar 2,6%. 

Tren budidaya yang membutuhkan lebih banyak mineral

Di sisi lain, Arfindee juga menjelaskan bahwa saat ini telah terjadi pergantian tren budi daya udang di beberapa negara seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Filipina. “Kita tahu bahwa salinitas normal yang biasanya digunakan adalah 25-30 ppt. Namun saat ini petambak lebih memilih salinitas rendah sebagai cara untuk menghindari Vibrio. Tambak udang di Thailand lebih banyak menggunakan low salinity untuk mencegah serangan Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND)”.

Baca juga: Aplikasi probiotik untuk menekan Vibrio dalam budidaya udang vaname

Kondisi salinitas rendah juga biasa terjadi saat musim hujan. Menurut Arfindee, tambak-tambak udang umumnya tidak didesain untuk dapat membuang air hujan. Sehingga ketika hujan terjadi dalam intensitas yang tinggi, maka akan berpengaruh pada penurunan salinitas dan mineralnya. “Akhirnya akan encer mineralnya, dan itu pengaruh ke kolam. Apalagi kolam yang kecil-kecil. Makin kecil volume, pengaruhnya makin besar.” 

Selain tren budidaya salinitas rendah dan faktor musim yang bisa menurunkan kandungan mineral dalam tambak, kebutuhan akan mineral dalam budidaya udang juga dipengaruhi oleh tren perkembangan genetik. Arfindee mengatakan, perbaikan genetik udang telah berkembang sangat pesat dalam beberapa dekade terahir, terutama pada line fast growth. Varietas udang dengan pertumbuhan yang sangat cepat, akan dibarengi dengan molting yang lebih sering juga. 

“Pertumbuhan cepat udang itu karena dia karena dia molting. Setiap kali molting, dia tambah tambah berapa, 20% 30% 40% dari berat badannya. Dan tambahannya itu membutuhkan tambahan requirementnya yang dia serap, salah satu yang penting itu adalah mineral,” ungkapnya. 

Namun demikian, petambak juga perlu memperhatikan bahan baku mineral yang digunakan untuk mencegah reaksi mineral lain yang justru dapat menyebabkan mineral tidak bisa dipakai dan dicerna oleh udang.

“Mineral udang seperti fosfor biasanya terdapat dalam fatty acid. Namun fatty acid sumber protein dari tumbuhan sulit diserap oleh udang. Reaksi dengan mineral udang lain juga dapat menyebabkan magnesium dan kalsium tidak dapat dipakai oleh udang serta fosforilasi yang dapat menyebabkan air cepat pekat karena mineral tidak diserap sempurna oleh udang” tukas Arfindee.

Oleh karenanya ia menyarankan untuk menambah mineral pada budi daya udang, baik melalui pakan maupun melalui air. Menurutnya keduanya perlu ada karena tidak semua mineral pada air bisa diserap oleh udang, sehingga perlu ada mineral yang diberikan melalui pakan langsung.

Referensi

  • Porselvan S, Santhiya V, Agnes DA. 2023. Role of minerals in shrimp culture. Acta Scientific Veterinary Sciences. 5(8): 20-22.
  • Scabra AR, Marzuki M, Rizaldi A. 2023. Pemberian kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dan magnesium sulfat (MgSo4) pada budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) di media air tawar. Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal. 10(1): 77-84.
  • Sharma K, Gulati R, Singh PS, Rani A. 2023. Mineral fortified inland low saline water for shrimp culture. Acta Scientific Agriculture. 7(5): 35-43.

***
Penulis: Virta Rizki Hernanda
Editor: Asep Bulkini